SAUH BAGI JIWA
“Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik”
“Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik”
Suatu hari, angin topan dan angin puting beliung berjalan bersama. Mereka sedang memperdebatkan mengenai siapa yang paling hebat. Akhirnya mereka pun sepakat untuk saling adu kekuatan.
Di dekat mereka ada seekor monyet yang sedang asyik bergelantungan di pohon besar dan mereka pun berusaha menjatuhkan monyet itu.
Angin topan mendapat giliran pertama. Ia segera bertiup pada monyet itu. Monyet itu pun segera memeluk erat pohon yang digelayutinya. Makin kencang angin bertiup, makin kencang pula pegangan monyet pada pohon itu. Angin topan pun akhirnya menyerah.
Tiba giliran angin puting beliung. Dengan kekuatan putarannya, ia meniup monyet itu kuat-kuat. Tapi, makin kencang putaran angin, makin kencang pula monyet berpegangan pada pohon. Angin puting beliung pun menyerah.
Ketika kedua angin itu membicarakan kehebatan monyet tersebut, tiba-tiba datanglah angin sepoi. Angin kecil itu penasaran dengan kehebatan monyet tersebut dan ingin mencoba kekuatannya. Hal ini membuat kedua angin besar itu menertawakannya. Namun, angin sepoi tak memperdulikan ejekan mereka. Ia segera menuju ke monyet dan meniupkan angin sejuknya.
Monyet yang mendapat tiupan angin sepoi rupanya merasa keenakan. Hawa sejuk yang bertiup membuatnya melonggarkan pegangannya dan saat monyet mulai tertidur, pegangannya pun terlepas dan akhirnya monyet pun terjatuh.
Terkadang kita pun seringkali diterpa berbagai macam angin kehidupan. Ketika pencobaan begitu berat menekan, seringkali kita berusaha keras untuk bertahan dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Begitu pula ketika kita mengalami banyak kesulitan dan kekuatiran dalam hidup, kita akan sekuat tenaga bertahan sampai kita dapat melaluinya.
Namun ketika kita sudah berhasil melaluinya dan tiba di zona nyaman, kita tentu akan merasa lebih tenang. Mungkin kita tetap berdoa dan berpegang pada perintah-Nya, namun tidak seperti saat kita menghadapi pencobaan.
Atau saat kita selesai melakukan sebuah pelayanan yang cukup melelahkan, seperti misalnya menjadi panitia dalam sebuah acara rohani yang membutuhkan banyak konsentrasi dan doa yang intens, kita pun akan merasa cukup aman untuk beristirahat sejenak dari kegiatan-kegiatan rohani seperti mengurangi waktu doa ataupun ibadah.
Nah disaat itulah kita perlu lebih berhati-hati, karena si iblis tidak akan lelah mengintai kita, ia menunggu waktu yang baik untuk menjatuhkan kita. Ia akan meniupkan angin yang menyejukan agar rohani kita terlelap dan akhirnya melepaskan pegangan kita.
Seperti saat Iblis gagal mencobai Tuhan Yesus, iblis seolah mundur dan berhenti, namun sebenarnya iblis menunggu waktu yang baik untuk kembali. Penulis Injil Lukas pun mencatatkan, “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.” Iblis akan selalu mencari waktu yang tepat untuk datang dan mencobai kita. Disaat kita hidup tanpa masalah, maka kita harus lebih berjaga-jaga.
Dan sebaliknya, jika hidup kita mengalami banyak masalah maka kita patut bersyukur, karena Tuhan mau kita lebih dekat dan selalu bersandar kepada-Nya. Seperti tertulis dalam surat Yakobus 1:2-4 bahwa semua kesulitan yang dialami itu akan menghasilkan ketekunan dan menyempurnakan rohani kita.
Maka kita harus senantiasa berjaga dan berdoa tanpa mengenal waktu ataupun keadaan. Semakin nyaman dan tenang, semakin kuat kita perlu berdoa. Kebiasaan doa dan ibadah yang baik perlu semakin ditingkatkan dari hari ke hari agar kita dapat terlepas dari jerat si iblis.