SAUH BAGI JIWA
“Supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.”
1 Petrus 4:2
“Supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.”
1 Petrus 4:2
Ada sebuah lagu yang teksnya berbunyi, “Hari-hari terus berlalu, waktu tak akan berhenti laksana air yang mengalir, gunakan sisa hidup Anda, untuk sesuatu yang berguna. Hidup kita seperti uap. Kadang dia tampak, lalu lenyap disapu angin. Apa arti hidup tanpa Tuhan, apa arti hidup tanpa tujuan…” Lagu ini membawa perenungan tersendiri bagi diriku. Apa arti hidup ini jika uap itu sudah menghilang?
Kondisi pandemi Covid-19 membawa berbagai cerita bagi semua orang. Tidak terkecuali dengan diriku. Saat membuka sosial media, diriku membaca kabar bahwa seorang kenalan saya sudah dipanggil Tuhan. Sewaktu mendengar pertama kali, saya sangat terpukul. Ingin menangis, tapi satu tetes pun air mata tak kunjung jatuh. Saya begitu kagum mengingat sosoknya yang begitu bersemangat, seperti api yang tidak henti-hentinya berkobar, sampai ia menutup mata. Sedih sekaligus bahagia, baru saja beberapa jam lalu masih berkomunikasi tapi beliau sudah berpulang. Sedih, karena ia sudah tidak ada lagi. Bahagia, karena aku tahu jerih payahnya semasa di dunia tidak sia-sia. Ia sudah menyelesaikan pertandingan imannya dengan baik. Ia tahu dimanakah untuk mendapatkan mahkota kehidupan. Dan ia tidak putus-putusnya berlari ke arah mahkota itu.
Di awal tahun 2021, diriku juga mendengar kabar pesawat jatuh, di mana tidak ada korban yang selamat. Dengan berbagai tujuan saat menaiki pesawat, ada yang ingin bertemu keluarga, ada yang ingin menuju tempat kerja, atau sekedar berwisata. Berbagai rencana sudah dibuat, berharap bisa bahagia berkumpul dengan sanak keluarga. Namun harapan menjadi kenangan bagi yang masih hidup di dunia ini.
Kusadari hidup ini benar seperti uap, sangat teramat singkat. Dalam sekejap akan menghilang, seperti yang tertulis dalam firman Tuhan dalam Yakobus 4:14b: “Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” Inilah kehidupan yang amat singkat. Tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, atau apakah kita masih memiliki hari esok?
Sungguh benar Firman Tuhan, siapakah yang tahu apa yang akan terjadi di hari esok? Tidak ada selain Tuhan Yesus.
Kawan, mari gunakanlah waktu dan kesempatan yang tersisa ini dengan sebaik-baiknya. Janganlah rendah diri untuk melayani Tuhan dan berkata, “Oh Tuhan, aku ini tidak bertalenta, tidak spesial, jadi maaf tidak dapat melayani-Mu. Biarlah orang lain yang mempunyai banyak karunia melayani-Mu.” Layanilah semampunya dengan apa yang kita bisa lakukan, niscaya Tuhan yang akan menambahkannya.
Kawan, mulailah gunakan kedua lutut yang Tuhan berikan kepadamu. Berlutut dan tangkupkan kedua tanganmu, doakanlah orang-orang yang ada di sekitarmu. Bukahkah mengasihi sesama adalah perintah Tuhan? Mendoakan sesama adalah bentuk kasih kita kepada sesama.
Kawan, janganlah jemu-jemu mendekat kepada Allah. Gunakanlah kesempatan dan waktu yang Tuhan berikan, untuk melakukan kehendak Allah, agar ada keseimbangan antara jasmani dan rohani. Karena jika uap itu hilang, apakah yang masih tersisa? Kesempatan bagaikan uap. Jika kita mengabaikannya dan tidak meraihnya, maka ia akan cepat menguap, hilang dan menjadi sia-sia. Penyesalan di kemudian hari pun menjadi tidak berguna.
Gunakanlah waktu yang tersisa ini dengan baik selagi hidup kita masih beruap dan belum menghilang.
SAUH BAGI JIWA
“Supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.”
1 Petrus 4:2
“Supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.”
1 Petrus 4:2
Ada sebuah lagu yang teksnya berbunyi, “Hari-hari terus berlalu, waktu tak akan berhenti laksana air yang mengalir, gunakan sisa hidup Anda, untuk sesuatu yang berguna. Hidup kita seperti uap. Kadang dia tampak, lalu lenyap disapu angin. Apa arti hidup tanpa Tuhan, apa arti hidup tanpa tujuan…” Lagu ini membawa perenungan tersendiri bagi diriku. Apa arti hidup ini jika uap itu sudah menghilang?
Kondisi pandemi Covid-19 membawa berbagai cerita bagi semua orang. Tidak terkecuali dengan diriku. Saat membuka sosial media, diriku membaca kabar bahwa seorang kenalan saya sudah dipanggil Tuhan. Sewaktu mendengar pertama kali, saya sangat terpukul. Ingin menangis, tapi satu tetes pun air mata tak kunjung jatuh. Saya begitu kagum mengingat sosoknya yang begitu bersemangat, seperti api yang tidak henti-hentinya berkobar, sampai ia menutup mata. Sedih sekaligus bahagia, baru saja beberapa jam lalu masih berkomunikasi tapi beliau sudah berpulang. Sedih, karena ia sudah tidak ada lagi. Bahagia, karena aku tahu jerih payahnya semasa di dunia tidak sia-sia. Ia sudah menyelesaikan pertandingan imannya dengan baik. Ia tahu dimanakah untuk mendapatkan mahkota kehidupan. Dan ia tidak putus-putusnya berlari ke arah mahkota itu.
Di awal tahun 2021, diriku juga mendengar kabar pesawat jatuh, di mana tidak ada korban yang selamat. Dengan berbagai tujuan saat menaiki pesawat, ada yang ingin bertemu keluarga, ada yang ingin menuju tempat kerja, atau sekedar berwisata. Berbagai rencana sudah dibuat, berharap bisa bahagia berkumpul dengan sanak keluarga. Namun harapan menjadi kenangan bagi yang masih hidup di dunia ini.
Kusadari hidup ini benar seperti uap, sangat teramat singkat. Dalam sekejap akan menghilang, seperti yang tertulis dalam firman Tuhan dalam Yakobus 4:14b: “Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” Inilah kehidupan yang amat singkat. Tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, atau apakah kita masih memiliki hari esok?
Sungguh benar Firman Tuhan, siapakah yang tahu apa yang akan terjadi di hari esok? Tidak ada selain Tuhan Yesus.
Kawan, mari gunakanlah waktu dan kesempatan yang tersisa ini dengan sebaik-baiknya. Janganlah rendah diri untuk melayani Tuhan dan berkata, “Oh Tuhan, aku ini tidak bertalenta, tidak spesial, jadi maaf tidak dapat melayani-Mu. Biarlah orang lain yang mempunyai banyak karunia melayani-Mu.” Layanilah semampunya dengan apa yang kita bisa lakukan, niscaya Tuhan yang akan menambahkannya.
Kawan, mulailah gunakan kedua lutut yang Tuhan berikan kepadamu. Berlutut dan tangkupkan kedua tanganmu, doakanlah orang-orang yang ada di sekitarmu. Bukahkah mengasihi sesama adalah perintah Tuhan? Mendoakan sesama adalah bentuk kasih kita kepada sesama.
Kawan, janganlah jemu-jemu mendekat kepada Allah. Gunakanlah kesempatan dan waktu yang Tuhan berikan, untuk melakukan kehendak Allah, agar ada keseimbangan antara jasmani dan rohani. Karena jika uap itu hilang, apakah yang masih tersisa? Kesempatan bagaikan uap. Jika kita mengabaikannya dan tidak meraihnya, maka ia akan cepat menguap, hilang dan menjadi sia-sia. Penyesalan di kemudian hari pun menjadi tidak berguna.
Gunakanlah waktu yang tersisa ini dengan baik selagi hidup kita masih beruap dan belum menghilang.