SAUH BAGI JIWA
“Empat puluh tahun lamanya Aku memimpin kamu berjalan melalui padang gurun; pakaianmu tidak menjadi rusak di tubuhmu, dan kasutmu tidak menjadi rusak di kakimu.”
Ulangan 29:5
“Empat puluh tahun lamanya Aku memimpin kamu berjalan melalui padang gurun; pakaianmu tidak menjadi rusak di tubuhmu, dan kasutmu tidak menjadi rusak di kakimu.”
Ulangan 29:5
Suatu hari, seekor burung merpati mengeluh tentang pemiliknya yang tidak adil. Makanan yang diberikan padanya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan milik tekukur, teman sekandangnya. Butiran jagung untuk tekukur jauh lebih besar dan ranum, dibanding dengan butiran jagung miliknya yang kecil-kecil dan kering. Selain itu dia juga melihat air minum tekukur jauh lebih jernih dibanding miliknya. “Sungguh tidak adil!” ujarnya.
Karena merpati terus mengeluh, akhirnya tekukur bersedia untuk bertukar makanan dengan merpati. Seperti biasa, makanan disiapkan oleh pemilik di tempat masing-masing. Makanan merpati hari itu jauh lebih sedikit dari biasanya dan airnya pun keruh. Karena sudah sepakat, akhirnya tekukur dan merpati bertukar tempat. Merpati sangat senang, ia makan dengan lahap dan minum sampai puas.
Kemudian, pemilik membawa merpati ke arena perlombaan khusus merpati balap. Rupanya hari itu adalah hari perlombaan yang ditunggu-tunggu. Sesampainya di arena balap, merpati merasa mengantuk, namun ia tetap berusaha melakukan tugasnya dengan baik untuk memenangkan perlombaan.
Sayangnya merpati tidak mampu memenangkan perlombaan. Pemiliknya kecewa dan berkata “percuma kamu kuberi makanan istimewa yang mahal dan minuman yang bervitamin, pada akhirnya kamu tidak dapat menang.”
Saudaraku, kadang kita seperti burung merpati balap ini. Seringkali kita membandingkan berkat yang kita terima dengan orang lain. Kita mengeluh dan merasa iri ketika kita menerima berkat yang tampaknya lebih sedikit dibandingkan yang diterima oleh orang lain. Terlebih bila orang dunia terlihat lebih diberkati secara materi. Kita pasti akan mengeluh dan bertanya, “mengapa seolah Tuhan lebih memberkati mereka?” Meski sudah berdoa dengan tekun, namun mengapa berkat yang kita terima seolah-olah jauh lebih sedikit dari yang kita harapkan?
Terkadang kita cenderung terfokus pada berkat yang dapat dihitung, berkat yang tampak, dan berkat-berkat duniawi. Dan tidak menyadari adanya berkat-berkat tak ternilai yang diberikan Tuhan bagi kita yaitu damai sejahtera, sukacita, penyertaan dan pemeliharaan Tuhan atas hidup kita.
Sama halnya ketika Bangsa Israel bersungut-sungut mengenai makanan dan minuman, mereka dengan mudahnya melupakan penyertaan dan perbuatan ajaib yang telah Tuhan berikan. Bahkan mereka berkata, “Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang!” (Keluaran 16:3a).
Mereka tidak menyadari bahwa Allah yang memelihara mereka adalah Allah yang setia, yang memberikan segala yang terbaik bagi umat-Nya dan yang memimpin mereka sampai pada tanah perjanjian. Penulis kitab Ulangan pun menegaskan, “Empat puluh tahun lamanya Aku memimpin kamu berjalan melalui padang gurun; pakaianmu tidak menjadi rusak di tubuhmu, dan kasutmu tidak menjadi rusak di kakimu” (Ulangan 29:5).
Kesetiaan-Nya tidak dapat diragukan lagi dan Ia selalu memberikan yang terbaik bagi umat-Nya. Marilah kita mulai mengubah fokus kita mengenai berkat yang kita terima. Kita mau mensyukuri setiap apa yang kita terima dan percaya bahwa itu adalah yang terbaik bagi kita. Tiada hal yang lebih berharga dibandingkan dengan anugrah keselamatan yang diberikan-Nya. Dan ketika kita menerima berkat keselamatan ini, maka berkat tak terlihat seperti damai sejahtera, sukacita dan kasih penyertaan Tuhan di dalam hidup kita yang fana ini akan memampukan kita memenangkan mahkota kehidupan di Sorga nanti.