SAUH BAGI JIWA
“Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.”
(Yehezkiel 18:21)
“Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.”
(Yehezkiel 18:21)
Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai. Suatu hari, dia mendengar bahwa Yesus akan datang ke kota Yerikho. Dia sangat ingin melihat Yesus. Maka, kesempatan itu tidak disia-siakannya. Namun, ternyata banyak juga orang yang mau melihat Yesus. Mereka datang berbondong-bondong. Kerumunan orang yang banyak ini tentu saja menghalangi pandangan Zakheus karena badannya pendek. “Jika begini, bagaimana aku bisa melihat Yesus? Wah, aku harus mencari akal” pikirnya. Dia melihat ke sana ke mari. Kemudian dia melihat di situ ada sebuah pohon ara. “Ah, aku naik pohon itu saja!” Maka, Zakheus segera mendekati pohon ara tersebut dan segera memanjatnya.
Tepat pada saat itu, Yesus sedang berjalan ke arahnya. Yesus telah melihat bagaimana Zakheus berusaha keras memanjat pohon ara. Lalu Yesus menengadah, melihat kepada Zakheus yang ada di atas pohon dan berkata. “Zakheus turunlah! Aku ingin menumpang di rumahmu.” Zakheus sangat senang mendengar perkataan Yesus itu. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Yesus mau menumpang di rumahnya. Sebab selama ini, sebagai pemungut cukai, dia dibenci oleh orang Yahudi karena dianggap sebagai pemeras dan pengkhianat bangsa. Dia telah ditolak oleh orang-orang sebangsanya. Tetapi sekarang, Yesus malah menerimanya. Sikap yang ditunjukkan Yesus sangat bertolak belakang dengan orang-orang. Kasih Yesus telah membuat dia menyadari dosa-dosanya, sehingga dia bertobat. Dan sebagai respon pertobatannya, dia segera berkomitmen untuk berbuat baik kepada orang miskin dan mengganti kerugian kepada orang-orang yang telah diperasnya. Zakheus menerapkan iman kepercayaannya melalui perbuatan. Terjadi perubahan besar dalam diri Zakheus, dari seorang yang jahat dan serakah menjadi orang yang murah hati. Perjumpaan dengan Yesus sungguh telah mengubahnya!
Kita pun dahulu adalah orang-orang berdosa. Kemudian kita mendengar kabar baik tentang Yesus. Kita percaya kepada-Nya dan bertobat. Namun, setelah kita bertobat, apakah ada perubahan di dalam hidup kita sama seperti Zakheus? Misalnya, jika sebelum bertobat, kita adalah orang yang lekas marah, apakah sekarang setelah bertobat, kita menjadi lebih sabar? Dulu kita adalah orang yang sibuk mengejar kekayaan, kini apakah kita lebih mementingkan pertumbuhan rohani? Hal ini patut kita renungkan. Sebab pertobatan sejati menuntut respons aktif dari iman, yaitu melalui perbuatan nyata yang terlihat.
Melalui kisah pertobatan Zakheus ini kita juga dapat belajar dari sikap Yesus terhadap Zakheus. Yesus tidak menolak Zakheus walaupun tahu bahwa dia adalah orang yang berdosa. Dia juga tidak menghiraukan sungut-sungut orang Yahudi atas keputusan-Nya untuk menumpang di rumah Zakheus. Sebab tujuan Yesus datang ke dunia ini memang untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang berdosa seperti Zakheus ini. Dia melihat kesungguhan hati Zakheus dan ingin menyelamatkannya.
Kita pun harus meneladani sikap Tuhan Yesus terhadap orang-orang berdosa. Janganlah kita merendahkan atau menghindari mereka. Sebaliknya, kita harus menerima dan berbuat baik terhadap mereka. Mungkin saja melalui perbuatan baik dan penerimaan kita atas mereka, hati mereka tergerak dan bertobat seperti Zakheus.
SAUH BAGI JIWA
“Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.”
(Yehezkiel 18:21)
“Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.”
(Yehezkiel 18:21)
Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai. Suatu hari, dia mendengar bahwa Yesus akan datang ke kota Yerikho. Dia sangat ingin melihat Yesus. Maka, kesempatan itu tidak disia-siakannya. Namun, ternyata banyak juga orang yang mau melihat Yesus. Mereka datang berbondong-bondong. Kerumunan orang yang banyak ini tentu saja menghalangi pandangan Zakheus karena badannya pendek. “Jika begini, bagaimana aku bisa melihat Yesus? Wah, aku harus mencari akal” pikirnya. Dia melihat ke sana ke mari. Kemudian dia melihat di situ ada sebuah pohon ara. “Ah, aku naik pohon itu saja!” Maka, Zakheus segera mendekati pohon ara tersebut dan segera memanjatnya.
Tepat pada saat itu, Yesus sedang berjalan ke arahnya. Yesus telah melihat bagaimana Zakheus berusaha keras memanjat pohon ara. Lalu Yesus menengadah, melihat kepada Zakheus yang ada di atas pohon dan berkata. “Zakheus turunlah! Aku ingin menumpang di rumahmu.” Zakheus sangat senang mendengar perkataan Yesus itu. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Yesus mau menumpang di rumahnya. Sebab selama ini, sebagai pemungut cukai, dia dibenci oleh orang Yahudi karena dianggap sebagai pemeras dan pengkhianat bangsa. Dia telah ditolak oleh orang-orang sebangsanya. Tetapi sekarang, Yesus malah menerimanya. Sikap yang ditunjukkan Yesus sangat bertolak belakang dengan orang-orang. Kasih Yesus telah membuat dia menyadari dosa-dosanya, sehingga dia bertobat. Dan sebagai respon pertobatannya, dia segera berkomitmen untuk berbuat baik kepada orang miskin dan mengganti kerugian kepada orang-orang yang telah diperasnya. Zakheus menerapkan iman kepercayaannya melalui perbuatan. Terjadi perubahan besar dalam diri Zakheus, dari seorang yang jahat dan serakah menjadi orang yang murah hati. Perjumpaan dengan Yesus sungguh telah mengubahnya!
Kita pun dahulu adalah orang-orang berdosa. Kemudian kita mendengar kabar baik tentang Yesus. Kita percaya kepada-Nya dan bertobat. Namun, setelah kita bertobat, apakah ada perubahan di dalam hidup kita sama seperti Zakheus? Misalnya, jika sebelum bertobat, kita adalah orang yang lekas marah, apakah sekarang setelah bertobat, kita menjadi lebih sabar? Dulu kita adalah orang yang sibuk mengejar kekayaan, kini apakah kita lebih mementingkan pertumbuhan rohani? Hal ini patut kita renungkan. Sebab pertobatan sejati menuntut respons aktif dari iman, yaitu melalui perbuatan nyata yang terlihat.
Melalui kisah pertobatan Zakheus ini kita juga dapat belajar dari sikap Yesus terhadap Zakheus. Yesus tidak menolak Zakheus walaupun tahu bahwa dia adalah orang yang berdosa. Dia juga tidak menghiraukan sungut-sungut orang Yahudi atas keputusan-Nya untuk menumpang di rumah Zakheus. Sebab tujuan Yesus datang ke dunia ini memang untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang berdosa seperti Zakheus ini. Dia melihat kesungguhan hati Zakheus dan ingin menyelamatkannya.
Kita pun harus meneladani sikap Tuhan Yesus terhadap orang-orang berdosa. Janganlah kita merendahkan atau menghindari mereka. Sebaliknya, kita harus menerima dan berbuat baik terhadap mereka. Mungkin saja melalui perbuatan baik dan penerimaan kita atas mereka, hati mereka tergerak dan bertobat seperti Zakheus.