SAUH BAGI JIWA
“Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.” (Markus 4:39)
“Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.” (Markus 4:39)
Suatu kali peristiwa, Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya menyeberang danau dengan perahu, Tuhan Yesus yang sangat lelah duduk lalu tidur di buritan perahu, tiba-tiba cuaca berubah drastis, mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu sehingga perahu mulai penuh dengan air.
Murid-murid yang ketakutan membangunkan Yesus, Ia pun bangun lalu menghardik angin itu dan berkata kepada danau: Diam! Tenanglah! Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
Dahulu Allah dapat meredakan angin dan meneduhkan air sehingga murid-murid yang ketakutan menjadi tenang. Hari ini Allah juga dapat meneduhkan badai ombak yang melanda kehidupan kita, agar kita yang sedang ketakutan di dalam kesusahan dapat menjadi tenang. Allah yang Mahakuasa tidak terhalangi oleh badai taufan, cukup sekali Allah mengayunkan tangannya, dengan satu patah kata saja Allah menghardik angin dan danau, semuanya menjadi teduh dan anugrah pun segera datang.
“Kalau Dia berdiam diri, siapa akan menjatuhkan hukuman?” (Ayub 34:29), dalam bahasa asal ‘Dia berdiam diri’ adalah ‘Dia yang membuat orang diam tenang’. Allah yang membuat orang tenang, maka siapapun tidak dapat mengacaukannya dengan menjatuhkan hukuman, karena Allah adalah mahakuasa. Bagi orang yang tidak bisa tenang, dia perlu mengalami damai sejahtera yang berasal dari pemberian Allah, maka dia akan mengerti Allah dapat memberi ketenangan bagi orang sedang hidup dalam risau. Ketenangan dari Allah bukanlah ketenangan biasa, melainkan sewaktu kita berada di dalam kesusahan, karena berharap dan memohon kepada Allah, Allah lalu memberi pengharapan dan penghiburan, inilah ketenangan yang berasal dari Allah itu.
Dalam kehidupan setiap orang tidak terhindar ada sakit penyakit, kesibukan, kekalutan, kekuatiran yang membuat orang tidak dapat diam. Maka setiap kali kita sedang risau, ingatlah hardikan Tuhan kepada angin dan danau: Diam! Tenanglah!, sungguh, bila Allah menjadi sandaran kita, tidak ada perkara yang bisa membuat kita kuatir karena Allah menentukan segala sesuatu, kita diam dan tenang saja menanti pimpinan Allah.
Sekali sekali Allah sengaja berlambat sedikit supaya kita menanti lebih lama sedikit, ini adalah untuk melatih kesabaran kita dalam menanti. Terlebih bagi orang yang gampang kuatir gampang risau, Allah akan memakai cara ‘sedikit berlambat’ untuk melatih mereka agar sabar dalam menanti dengan berharap dan berserah.
Pernah ada seorang saudara berbagi dengan saya betapa dia senang sekali suasana ketenangan hati. Dia mengatakan lima hari dalam seminggu dia selalu mendapat tekanan berat baik jiwa maupun raga karena pekerjaan. Tiba hari Sabtu hari berkebaktian Sabat di gereja yang adalah hari yang paling menyenangkan. Setiap kali kebaktian selesai, jemaat lain semua turun ke lantai bawah untuk makan siang atau makanan kecil, dia lebih suka tetap tinggal sendirian di aula gereja, diam diam menikmati ketenangan yang Tuhan berikan kepadanya.
Hai laut hatiku! Diam! Tenanglah! Sesibuk apapun orang dunia, sejahat apapun penguasa dunia, biarlah Tuhan saja yang pimpin hidupku!
“Seeing is Believing…” by Fred Veenkamp is licensed under CC BY-SA
“Winter Grass” by Anne Worner is licensed under CC BY-SA