SAUH BAGI JIWA
“Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau” (1 Timotius 4:16)
“Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau” (1 Timotius 4:16)
Suatu hari, sebuah foto, yang menunjukkan puluhan paus pilot terdampar di tepi pantai, terpampang di halaman muka sebuah surat kabar. Bukan hanya 1 atau 2 paus pilot yang terdampar, melainkan jumlahnya mencapai lebih dari 50 ekor. Walaupun usaha penyelamatan mamalia laut yang berukuran 2 – 3.5 meter tersebut telah dilakukan, hanya 3 – 4 ekor saja yang berhasil diselamatkan. Sungguh mengenaskan.
Di dalam berita tersebut, ada sebuah catatan yang cukup menarik. Dikatakan bahwa sejumlah paus pilot yang telah dievakuasi ke tengah laut itu kembali lagi ke tepi pantai. Tidak masuk akal bukan? Seharusnya paus-paus pilot yang telah dievakuasi itu bisa pergi ke perairan yang lebih dalam lagi sehingga mereka dapat tetap hidup. Tetapi, entah mengapa mereka malah kembali lagi ke tepi pantai.
Ternyata hal ini berkaitan erat dengan karakter paus pilot yang hidup berkelompok dengan sistem hierarki. Dalam satu kelompok paus pilot, terdapat satu paus pemimpin yang tindakannya akan selalu diikuti oleh anggota kelompoknya. Jika sang paus pemimpin terdampar ke pantai karena suatu sebab, maka tindakan ini pun akan diikuti oleh seluruh anggota kelompoknya, mereka akan mendamparkan dirinya ke pantai.
Sesungguhnya ada kemiripan antara sifat paus pilot tersebut dengan manusia. Manusia pun memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang yang ia kagumi atau hormati, sosok yang ia anggap sebagai ‘pemimpin’ dalam hidupnya. Rasul Paulus menyadari betapa pentingnya peran seorang pemimpin rohani ini di dalam jemaat. Jika seorang pemimpin rohani sampai tersesat, maka jemaat yang dipimpinnya pun akan mengalami nasib yang sama seperti para paus pilot yang terdampar di pantai tersebut. Oleh karena itulah ia memberikan nasihat kepada Timotius agar Timotius mengawasi dirinya sendiri dan ajarannya dengan tekun.
Pada masa itu ajaran-ajaran sesat sudah mulai muncul di dalam gereja. Ada orang-orang yang mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Injil Kristus sehingga mengacaukan jemaat Allah. Sebelum dapat mengawasi dan menjaga kawanan domba Allah, maka seorang pemimpin rohani harus terlebih dahulu mengawasi dirinya sendiri dan ajarannya. Ia harus selalu memeriksa dengan seksama, apakah hati dan pikirannya masih tetap murni di hadapan Allah? Ia harus selalu menjaga perkataan dan perbuatannya agar senantiasa berpadanan dengan Injil Kristus. Ia juga harus selalu berhati-hati dalam menyampaikan pengajarannya agar tidak menyimpang sedikit pun dari kebenaran. Jika seorang pemimpin rohani dapat melakukan hal-hal tersebut dengan tekun, barulah ia dapat menyelamatkan dirinya sendiri dan juga semua orang yang mendengarkannya.
Ketika kita membaca 1 Timotius 4:16, apakah kita berpikir bahwa nasihat rasul Paulus ini hanya berlaku bagi mereka yang menyandang status tertentu di dalam gereja, seperti hamba Tuhan, pekerja kudus, ataupun para pengajar? Mari kita renungkan kembali. Kepada siapakah Tuhan Yesus memberikan amanat untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya? Bukankah kepada setiap orang yang telah menjadi murid-Nya? Jika demikian, kita semua yang saat ini telah menerima anugerah keselamatan-Nya sesungguhnya juga memiliki tanggung jawab sebagai seorang ‘pemimpin rohani’. Kita harus memimpin orang lain kepada Tuhan Yesus. Oleh karena itu saudaraku, marilah kita mulai mengawasi diri serta ajaran kita.