SAUH BAGI JIWA
“Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.” (1 Petrus 1:14)
“Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.” (1 Petrus 1:14)
Tuhan telah berfirman kepada Yunus agar dia pergi ke Niniwe untuk memperingatkan mereka akan dosa-dosa mereka dan akan hukuman yang akan mereka terima, jika mereka tidak mau bertobat. Niniwe adalah ibukota Asyur. Orang Niniwe sangat fasik dan jahat. Orang Israel tidak menyukai mereka, bahkan benci kepada mereka. Inilah sebabnya Yunus enggan untuk pergi kepada mereka. Dia menganggap orang-orang jahat seperti mereka tidak layak menerima kasih karunia Tuhan. Jadi dia memilih untuk melarikan diri, jauh dari hadapan Tuhan daripada menuruti perintah-Nya. Tetapi siapakah Yunus, sehingga dia dapat lari dari Tuhan? Maka Tuhan menurunkan angin ribut ke laut sehingga terjadi badai besar dan memukul kapal yang dinaiki Yunus. Semua awak kapal menjadi ketakutan dan mencari siapa di antara mereka yang menyebabkan Allah murka. Setelah membuang undi, didapati bahwa Yunus terkena undi. Yunus menyadari bahwa malapetaka itu disebabkan olehnya, sehingga dia menyuruh mereka membuangnya ke laut dan seekor ikan besar menelannya.
Peristiwa ini menyadarkan Yunus bahwa dia tidak mungkin dapat melarikan diri dari Tuhan, sebab Tuhan mengetahui dan berkuasa atas segala sesuatu. Pemberontakannya membuat Tuhan murka. Yunus mengetahui hal itu dan menyadari dosanya, sehingga dia rela dibuang ke laut demi keselamatan seluruh awak kapal. Dia rela mati. Namun Tuhan masih mengasihinya dan melindunginya di dalam perut ikan. Tuhan masih memberikannya kesempatan. Selama di dalam perut ikan itulah Yunus berdoa dan mengucap syukur karena Tuhan telah menyelamatkan nyawanya. Setelah mendengar pertobatannya, Tuhan memerintahkan ikan untuk memuntahkan Yunus ke daratan. Kemudian Tuhan berfirman untuk kedua kalinya kepada Yunus, untuk menyampaikan firman-Nya ke Niniwe. Dan kali ini Yunus tidak membantah.
Yunus berbuat dosa kepada Tuhan karena dia tidak mentaati perintah Tuhan. Kebenciannya terhadap orang-orang Niniwe membuatnya tidak mengindahkan perintah Tuhan dan mengabaikan kehendak-Nya. Dia lebih menuruti keinginan hatinya daripada mentaati perintah Tuhan.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus taat pada perintah Tuhan. Jangan menuruti keinginan sendiri. Dia ingin kita senantiasa taat dan menuruti perintah-Nya. Agar kita bisa taat kepada-Nya, kadangkala Dia memberikan peringatan kepada kita. Ketika kita melewatkan kebaktian Sabat karena masalah pribadi atau ketika kita marah atau membenci seseorang, kita merasa tidak ada damai sejahtera di dalam hati. Namun, jika kita tetap tidak mengindahkan peringatan-Nya, Tuhan juga bisa memaksa kita untuk taat dengan cara menempatkan kita dalam suatu kondisi di mana kita tidak dapat menghindar. Bisa saja kita diizinkan mengalami kebangkrutan ketika harta menjauhkan kita dari ibadah. Semua itu dilakukan Tuhan atas diri kita semata-mata karena kasih-Nya kepada kita. Dia tidak ingin kita melakukan tindakan yang bodoh karena ketidaktaatan kita, yang pada akhirnya akan kita sesali kelak. Sebaliknya, Dia ingin kita taat dan hidup dalam kehendak-Nya, sehingga dapat menjadi orang-orang yang layak disebut sebagai anak-anak Tuhan. Jangan sampai kita harus mengalami apa yang dialami oleh Yunus sebelum akhirnya taat kepada Tuhan. Puji Tuhan, Yunus masih diberikan kesempatan. Bagaimana jika tidak ada kesempatan lagi? Maka, sekarang selagi masih ada kesempatan, marilah kita belajar untuk taat kepada Tuhan, walaupun kadangkala untuk itu diperlukan penyangkalan diri.