SAUH BAGI JIWA
“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” (Amsal 16:18)
“Orang yang kurang ajar dan sombong pencemooh namanya, ia berlaku dengan keangkuhan yang tak terhingga.” (Amsal 21:24)
“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” (Amsal 16:18)
“Orang yang kurang ajar dan sombong pencemooh namanya, ia berlaku dengan keangkuhan yang tak terhingga.” (Amsal 21:24)
Uzia adalah raja yang baik, selain melakukan apa yang benar di mata Allah, dia juga berketetapan mencari Allah, maka Allah pun memberkati dia sehingga usahanya semua berhasil. Dia memperkuat militernya dan selalu berhasil mengalahkan musuh-musuh luar, namanya menjadi termasyhur sampai ke negeri jauh. Dia juga mengembangkan usaha pertanian dan peternakan, menggali banyak sumur untuk sumber air.
Kerajaan Yehuda menjadi makmur di bawah pimpinan dia, rakyat hidup tentram dan bahagia. Namanya bahkan termasyhur sampai ke Mesir, tetapi justru karena kemasyhuran ini dia menjadi tinggi hati, dia melupakan bahwa keberhasilan dia adalah karena Allah memberkati dia.
Dia mulai berbuat hal-hal yang merusak, bahkan berani melawan perintah Allah memaksakan diri memasuki rumah TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. Waktu itu imam besar Azarya bersama 80 imam dengan berani mengikuti dia dari belakang bermaksud merintangi dia membakar ukupan.
Tak disangka, Uzia bukannya mendengarkan nasihat, sebaliknya dia menjadi marah, dia mengambil bokor ukupan mau meneruskan membakar ukupan. Sementara amarahnya meluap terhadap para imam, timbullah penyakit kusta pada dahinya di hadapan para imam di rumah TUHAN, para imam cepat-cepat mengusir dia keluar dari rumah TUHAN, dan dia sendiri pun terkejut mengetahui Allah menimpakan tulah kepadanya dan segera keluar tergesa-gesa.
Sejak terkena penyakit kusta itu hingga hari kematiannya, ia tinggal dalam sebuah rumah pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah TUHAN. Ketika dia mati, dia tidak dikuburkan di pekuburan raja-raja, melainkan di ladang yang di samping pekuburan itu. Inilah akhir hidup Uzia yang jatuh karena sombong.
Bangsa Yehuda mengingat dia dengan ungkapan sederhana: ‘ia berpenyakit kusta’. Sangat menyedihkan bukan, seorang raja yang demikian berjasa bagi negerinya, setelah mati hanyalah mendapat julukan seperti itu!
Raja Uzia hancur karena kecongkakan, jatuh karena tinggi hati, hendaklah ini menjadi peringatan bagi kita, jangan kita menjadi sombong dan tinggi hati. Bila kita masih memiliki sedikit talenta, sedikit kekuatan, sedikit kekayaan, sedikit keberhasilan, semuanya kita ucapkan syukur atas berkat dan perlindungan Allah, jangan kita menjadi sombong karena “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?” (1Korintus 4:7).
“Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (Yakobus 4:6b), jadilah orang yang rendah hati karena akan diperkenan Allah dan akan mendapat berkat yang lebih indah.