SAUH BAGI JIWA
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat. 5:9)
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat. 5:9)
Merukunkan orang dan berdamai adalah akhlak mulia yang diperkenan oleh Allah, suatu kekuatan kasih yang luar biasa! Kadang kala, di antara teman terjadi perselisihan karena berbagai alasan. Atau karena perbedaan sifat, sudut pandang, kebiasaan hidup. Mereka lalu menyampaikan keluh kesah kepada kita. Kita dapat memilih untuk memanaskan keadaan sehingga membuat mereka semakit sengit, dengan demikian kita tidak berbeda dengan Iblis. Tetapi kita juga bisa memilih untuk mendamaikan mereka, agar menerima satu sama lain, dengan demikian kita adalah anak Allah yang dikasihi-Nya.
Sepatutnyalah setiap umat Tuhan dapat mengikuti ajaran-Nya dan menjadi orang yang membawa damai, anak-anak Allah. Maka dalam kehidupan sehari-hari, kita harus sungguh-sungguh mengamalkan pengajaran membawa damai ini, bukan menghasut, mengadu domba, menciptakan perselisihan dan permusuhan.
“Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.” (Ams. 16:28) Sayang sekali, ini bukan saja terjadi pada orang yang tidak percaya kepada Tuhan, tetapi di dalam gereja pun ada saja orang yang menimbulkan pertengkaran dan fitnah, sehingga menimbulkan suasana kacau di dalam gereja dan melemahkan iman jemaat. Ada yang bahkan menghasut antar sahabat sehingga membuat mereka saling membenci saling bermusuhan, mereka diceraikan sehingga tidak lagi berhubungan satu dengan yang lain, membuat mereka sangat terpukul dan menderita.
Saya ingat perumpamaan Tuhan Yesus tentang ‘lalang di antara gandum’. Orang yang mengasihi Tuhan adalah seperti gandum yang mau menjadi pembawa damai, sedangkan orang yang pura-pura mengasihi Tuhan adalah seperti lalang yang suka sembunyi-sembunyi menciptakan dengki dan perselisihan. Lalang itu suka memakai kekerasan, memakai suara yang lebih galak menghasut memfitnah untuk mendesak gandum, membuat gandum menderita.
Namun Allah tetap membiarkan mereka tumbuh bersama, untuk sementara lalang itu tidak dicabut. Maksud Allah adalah agar orang yang mengasihi Tuhan belajar bersabar, juga memberi kesempatan kepada orang seperti lalang itu bertobat. Kelak waktunya tiba, Allah akan mengutus malaikat mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. (Mat. 13:41-42)
Bila kita tidak mau menjadi lalang yang dicampakkan ke dalam dapur api, maka kita harus bisa mengekang lidah kita. Karena cara paling ampuh dan paling jahat lalang merusak gereja adalah dengan lidah menyebarkan kabar palsu, kritikan dan fitnah, menghasut dan menghakimi orang dengan maksud menimbulkan kebencian, perselisihan dan kegaduhan.
Kiranya kita semua dapat menjalankan pengajaran Tuhan menjadi orang yang membawa damai, dengan kasih dan hikmat kita mendamaikan perselisihan, menjadi anak-anak Allah yang sejati!