SAUH BAGI JIWA
“Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.” (Yes. 58:10)
“Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.” (Yes. 58:10)
Dahulu ada seorang pendeta yang sangat memperhatikan jemaat dan sering membesuk mereka. Dia sering memberi semangat kepada mereka yang sedang menderita agar jangan hilang iman kepada Tuhan. Dan dia sangat memperhatikan jemaat yang sakit, selalu mengutip ayat Alkitab untuk menguatkan iman mereka.
Tak disangka, dia sendiri kemudian jatuh sakit, mengalami ujian berat baik jiwa maupun raga, membuat dia hampir saja kehilangan iman. Istrinya mengamati keadaannya yang semakin menguatirkan, lalu menyemangati dia: ‘Kau sebelumnya sangat baik memberi semangat kepada jemaat yang sakit agar jangan kehilangan iman kepada Tuhan, mengapa sekarang kau justru kehilangan iman? Sebaiknya kau pakai kata-kata menghibur buat jemaat itu untuk diri sendiri.’
Pendeta itu menjawab istrinya: ‘Itu berbeda. Dahulu orang lain yang sakit, saya tidak merasakan rasa sakitnya, karena itu gampang sekali mengucapkan kata-kata dorongan. Sekarang yang sakit adalah saya, rasa sakit itu menyiksa diri saya, karena itu saya tidak sanggup mengeluarkan kata-kata menyemangatkan!’
Inilah manusia! Kalau yang sakit bukan diri sendiri, dia akan anggap sakit itu tidak ada apa-apanya, bahkan bisa menuduh orang sakit itu merintih karena pura-pura sakit, atau karena lemah tidak ada semangat juang. Sampai tiba giliran dirinya sendiri sakit, dia baru tahu rasa sakit yang demikian berat tak tertahankan. Ternyata dirinya sama sekali tidak lebih baik dari orang lain.
Ada yang mengatakan bahwa seorang pahlawan tidak takut mati, tetapi yang dia takuti hanya penyakit! Orang yang menderita sakit kronis mengerti betapa menakutkan penyakit itu. Kalau jagoan saja takut sakit, maka kita dapat mengerti betapa menakutkannya sakit yang mendera manusia.
Jadi kalau Anda adalah seorang yang sangat sehat sehingga tidak mengerti penderitaan yang dialami oleh orang sakit, lalu suatu hari Anda sendiri jatuh sakit, janganlah Anda mengeluh kepada Tuhan kenapa hal ini bisa terjadi. Sesungguhnya ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada Anda agar dapat berbelas-kasihan kepada orang lain. Karena jika Anda tidak pernah menderita karena sakit, Anda tidak akan mampu sungguh-sungguh mengasihani orang lain.
Orang yang pernah menderita sakit dapat menghibur orang yang sakit, karena sewaktu dia menghibur, sedangkan dia sendiri sudah pernah banyak menderita karena sakit, maka orang tidak akan menolaknya. Sebaliknya bila seorang yang sehat menghibur orang yang sakit, akan mendapat tantangan: ‘Kamu tidak sakit, bagaimana bisa merasakan penderitaan yang saya alami? Bagaimana kamu mengerti betapa sulitnya orang bisa bertahan imannya sewaktu sakit keras?’
Dunia penuh penderitaan, selain sakit, masih banyak hal-hal yang menyengsarakan orang. Bila kita dapat selalu berempati dan berbelas-kasihan kepada orang-orang yang menderita, memberikan orang yang lapar apa yang kita inginkan sendiri bila ada pada posisi dia, dan memuaskan orang yang tertindas kesengsaraan, maka kita akan dapat sungguh-sungguh menghibur orang yang susah hati, terang kita akan terbit dalam gelap, dan kegelapan dalam hidup kita akan menjadi terang seperti rembang tengah hari.