SAUH BAGI JIWA
“Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk. 9:62)
“Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk. 9:62)
Bagi orang yang berpindah ke negara lain, pengalaman bermigrasi adalah suatu pelajaran. Di negara asalnya, kita mempunyai pendidikan, pengalaman kerja, pekerjaan, status sosial yang tinggi. Tetapi ketika kita berpindah ke negara lain, kita kembali lagi ke titik nol. Semuanya yang dahulu kita miliki tidak lagi diperhatikan orang. Kita harus mulai dari awal lagi untuk belajar menemukan jalan hidup kita yang baru.
Perjalanan kita percaya kepada Tuhan mirip dengan perjalanan bermigrasi. Semuanya harus dimulai dari awal. Dahulu kita berdukacita, sekarang hati penuh dengan sukacita. Dahulu kita sombong, sekarang kita rendah hati dan lemah lembut. Dahulu kita putus asa, sekarang penuh dengan pengharapan. Dahulu kita takut, sekarang berani. Seperti ungkapan Paulus, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2Kor. 5:17)
Sejak bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka mengalami proses belajar di mana semuanya harus mereka ulangi dari nol. Dulu mereka adalah budak, sekarang mereka adalah orang-orang merdeka. Sungguh indah perubahan ini. Seharusnya mereka mengerti bahwa ini adalah anugerah yang luar biasa, membuka jalan bagi mereka menuju masa depan yang merdeka dan bahagia. Namun sayang, di jalan itu mereka menjadi lemah dan kurang percaya; mereka sering bersungut-sunggut, dan akhirnya dihajar Allah sehingga harus mengulangi perjalanan mereka 40 tahun lamanya.
Pada tahun kedua bulan kedua setelah keluar dari Mesir, baru juga tiga hari berjalan meninggalkan padan gurun Sinai, bangsa Israel menangis karena tidak ada daging untuk dimakan. Mereka mengeluh, “Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.” (Bil. 11:5-6) Sungut-sungut mereka yang tanpa rasa syukur segera membuat Allah murka, sehingga Ia memukul mereka dengan tulah yang sangat besar.
Sesungguhnya sewaktu mereka masih diperbudak di Mesir selama 430 tahun, bagaimana mungkin setiap hari mereka memakan ikan dan daging? Sesungguhnya mereka hanya bosan memakan manna, sehingga mereka melupakan penderitaan mereka sebagai budak di Mesir, dan malah menganggap kehidupan perbudakan mereka sebagai surga! Tidak heran Allah murka!
Hai anak-anak Allah! Apakah kehidupan iman kita sama seperti orang Israel? Kita telah banyak menerima berkat dari Tuhan, tetapi apakah kita masih saja sembarangan bersungut-sungut? Tuhan Yesus berkata, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk. 9:62) Ini mengingatkan kita untuk senantiasa bersyukur, dan mengarahkan pandangan kita ke depan, jangan menoleh ke belakang. Orang yang selalu menoleh ke belakang, yang selalu rindu pada masa lalu, tidak layak masuk ke dalam kerajaan Allah.
Jadi, jangan kita mengikuti orang Israel; mereka sudah keluar dari Mesir, bebas dari perbudakan, tetapi mereka masih ingat pada makanan di Mesir. Kita yang sudah percaya kepada Tuhan, harus membuang manusia lama kita. Buanglah ingatan akan mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih duniawi, tetapi mohonlah Roh Kudus untuk terus memperbarui kita agar berlari menuju garis akhir!