SAUH BAGI JIWA
“Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.” (Ams. 28:13)
“Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.” (Ams. 28:13)
Sebelum pergi menyerang orang Filistin, Saul sudah tahu bahwa dia harus menunggu Samuel untuk mempersembahkan korban sebelum maju berperang. Tetapi setelah menunggu tujuh hari, Saul mengabaikan perintah Allah dan dia sendiri mempersembahkan korban.
Samuel menegur kesalahannya, namun bukannya mengaku salah dan bertobat, Saul berkali-kali berdalih mau melepaskan tanggung jawab. Dia menyalahkan rakyat yang ketakutan, menyalahkan Samuel yang datang terlambat, seolah-olah dirinya adalah korban keadaan.
Setelah itu, Allah memerintahkan dia melawan orang Amalek. Sekali lagi Saul melanggar perintah Allah. Dia memang menumpas seluruh rakyat Amalek, tetapi tidak membunuh Agag, raja Amalek. Dia pun hanya secara simbolis membunuh hewan yang tidak berharga dan buruk, tetapi mengambil ternak yang yang terbaik dan tambun, juga segala barang yang berharga.
Sewaktu Samuel menemui Saul, pertama Saul berbohong mengatakan bahwa dia sudah melaksanakan firman Allah, lalu berdalih rakyatlah yang menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada Allah. Maksudnya hal itu tidak ada sangkut pautnya dengan dia.
Sangat disayangkan dan disesalkan, Saul yang diangkat Allah menjadi raja, tetapi pikiran dan perbuatannya berulang-ulang melanggar kehendak Allah. Dia sombong, membesarkan diri, berdusta, berdalih, sama sekali tidak bertobat.
Daud adalah kebalikannya. Setelah dia berbuat zinah dengan Batsyeba, Allah menyuruh nabi Natan untuk menegurnya dengan berceritera tentang ‘orang kaya yang menindas orang miskin’, dan menegaskan ‘engkaulah orang itu!’ Daud segera mengaku: ‘aku sudah berdosa kepada TUHAN’, tidak heran Allah lalu menyebutnya sebagai ‘orang yang berkenan dengan kehendak-Nya’.
Daud pernah juga bersalah kepada Allah dalam hal menghitung jumlah rakyatnya. Hal ini tidak berkenan kepada Allah sehingga Allah menurunkan tulah menghukumnya. Pada saat itu Daud sama sekali tidak membela diri. Dia hanya berkata: “Sangat susah hatiku, biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia.” (2Sam. 24:14) Dari kejadian-kejadian ini kita tahu bahwa Daud berani mengakui dosa-dosanya dan bertobat. Dia adalah raja yang lembut dan rendah hati.
Dari sikap Saul dan Daud setelah berbuat dosa, kita tahu bagaimana perbedaan dua raja ini. Saul menyembunyikan pelanggarannya, akibatnya dia ‘tidak akan beruntung’. Sedangkan Daud mengakui dan meninggalkan dosanya, sehingga ‘akan disayangi’.
Allah berfirman: “Sebab Aku mengamat-amati segala tingkah langkah mereka; semuanya itu tidak tersembunyi dari pandangan-Ku, dan kesalahan merekapun tidak terlindung di depan mata-Ku.” (Yer. 16:17). Kiranya kita bisa meneladani Daud agar disayangi Allah, jangan mengikuti Saul yang tidak akan beruntung!
Siapakah yang tidak berdosa? Siapakah yang tidak pernah berbuat salah? Kita mungkin tidak melakukan dosa besar, tetap banyak melakukan dosa kecil. Ingatlah, ketika berbuat dosa, segeralah mengaku dosa kepada Allah dan bertobat. Terlebih bila Roh Kudus menegur kita, janganlah berdalih mau melepaskan tanggung jawab, karena hanyalah dengan hati yang remuk bertobat kita akan diampuni Allah!
“Phoenicurus ochruros” by xulescu_g is licensed under CC BY-SA
“Phoenicurus ochruros” by xulescu_g is licensed under CC BY-SA
“Onondaga Falls” by Bold Frontiers is licensed under CC BY
“Autumn Walk” by Marius Haffner is licensed under CC BY-SA