SAUH BAGI JIWA
“Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”” (Mrk. 12:43-44)
“Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”” (Mrk. 12:43-44)
Koran dan majalah sering menerbitkan daftar orang terkaya di dunia. Hal ini dikarenakan banyak orang tertarik pada informasi siapa saja orang-orang terkaya di dunia, berapa banyak kekayaan mereka, dan berapa banyak sumbangan mereka untuk kegiatan amal.
Tetapi jalan pikiran Tuhan kita sangat berbeda dengan terbitan media massa itu. Selama Tuhan Yesus berada di dunia, Dia tidak pernah memuji orang kaya yang menyumbangkan banyak uang. Sebaliknya, Dia memuji janda miskin yang mempersembahkan hanya dua peser uang.
“Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.” (Mrk. 12:41-42)
Tuhan Yesus kemudian memuji janda miskin itu, mengatakan bahwa dia memberi lebih banyak daripada semua orang, sebab mereka semua memberi dari kelebihannya, tetapi janda itu memberikan semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.
Orang kaya memberi dalam jumlah yang besar, tetapi jumlah itu tidak seberapa bagi mereka. Persembahan yang mereka berikan tidak memberi pengaruh apa-apa pada kehidupan mereka sehari-hari. Jadi sudah sepatutnya persembahan semacam itu tidak perlu dibesar-besarkan. Sementara itu, dua peser bukanlah jumlah yang dapat diperhitungkan. Jangan-jangan tidak ada orang yang mau memungutnya di tanah apabila ada dua peser tercecer. Tetapi bagi si janda miskin, dua peser itu adalah seluruh yang dia miliki. Tidak mudah bagi seorang miskin untuk melakukan hal ini. Perbuatan itu memerlukan keberanian yang sangat besar. Mungkin kita sendiri tidak akan sanggup berbuat seperti janda miskin itu karena akan menyusahkan diri sendiri. Tetapi janda miskin ini sanggup melakukannya karena dia sangat mengasihi Tuhan dan percaya penuh kepada-Nya!
Janda miskin itu tidak punya suami yang memelihara kehidupannya, mungkin juga tidak ada sanak keluarga yang membiayai dia. Tetapi walaupun hidupnya tidak ada kepastian apakah besok bisa makan atau tidak, dia rela mempersembahkan seluruh nafkahnya! Hal inilah yang mengharukan Tuhan Yesus sehingga memujinya. Nilai suatu persembahan tidak tergantung pada jumlahnya, melainkan pada kerelaannya. Dua peser itu memang sangat sedikit, tetapi sikap janda itu sungguh mengharukan semua orang!
Persembahan janda miskin ini tidak pernah diperhatikan orang-orang. Setelah memasukkan dua peser itu, janda itu pergi diam-diam. Tidak ada yang tahu siapa namanya. Tetapi Allah tahu siapakah dia, dan tahu apa yang telah dia lakukan. Pujian Tuhan adalah mustika yang tiada taranya, yang tidak bisa dibeli dengan emas ataupun perak, dan hanya dapat diperoleh dengan mengasihi Allah dengan sepenuh hati. Iman sebesar ini dipuji oleh Allah, dihormati oleh banyak orang, diceritakan kepada generasi berikutnya, dan mendatangkan hidup kekal!