SAUH BAGI JIWA
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Flp. 4:4)
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Flp. 4:4)
Paulus menganjurkan kita agar bersukacita senantiasa dalam Tuhan. Dia mengatakan hal ini sebanyak dua kali, menunjukkan bahwa hal ini tidak mudah. Apalagi buat orang yang sedang diliputi kemalangan atau penyakit. Sangat tidak mudah bagi mereka untuk kita ajak bersukacita. Malah akan terasa keji dan tidak pada tempatnya. Orang yang tidak pernah mengalami kesusahan dan sakit akan sulit berempati bagaimana susahnya bersukacita. Sekalipun pernah, mungkin ia juga akan setuju bahwa anjuran Paulus ini memang sulit.
Untungnya, Paulus tidak mengatakan bahwa kita harus bersukacita dengan mengandalkan diri sendiri. Tetapi, kita harus bersukacita di dalam Tuhan, berarti, kita harus bersandar kepada-Nya. Alangkah baiknya sebagai anak-anak Allah kita bersandar kepada Allah Bapa kita. Berapa pun banyaknya air mata kita, dapat kita tumpahkan di hadapan-Nya. Apa pun pertolongan yang kita butuhkan, dapat kita minta kepada-Nya. Allah tidak akan meninggalkan kita sebagai anak yatim. Dia senantiasa menjaga kita tanda kita sadari. Tatkala kesusahan atau penyakit menimpa kita, hati kita mungkin merasa sedih. Tetapi Roh Kudus akan menghibur dan menolong kita, dan kita pun bersukacita walaupun penderitaan menghimpit.
Di antara seluruh penduduk bumi ini, berapa banyakk orang yang dapat benar-benar bersukacita? Banyak keadaan, seperti kesusahan hidup, tekanan kenyataan, beban ekonomi, kesukaran pekerjaan, himpitan lingkungan, kerenggangan hubungan keluarga, semuanya membuat kita susah bernafas. Orang yang percaya kepada Tuhan juga tidak terhindar dari keadaan seperti itu. Tetapi karena ada Tuhan sebagai sandaran kita, maka hati kita dapat merasa tenang, dan tetap bersukacita.
Ada ibu seorang jemaat yang sakit kanker dan dirawat di rumah sakit. Ayahnya yang setiap hari datang ke rumah sakit menemani ibunya, selalu tersenyum dan bergembira. Pasien yang sekamar dengan ibunya itu lalu diam-diam bertanya kepada jemaat itu: ‘Apakah ayahmu ada perempuan lain, berharap ibumu cepat-cepat pergi agar bisa menikahi perempuan itu? Kalau tidak, mengapa dia setiap hari selalu tersenyum waktu bertemu dengan setiap orang?’
Mendenger pertanyaan itu, jemaat ini tertawa terbahak-bahak dan menjawab: ‘Ayah saya gembira bukan karena dia punya selingkuhan di luar. Karena kami adalah umat Kristen, Tuhan Yesuslah membuat kami tetap bersukacita, walaupun kami dalam keadaan susah!’
Memang benar, bersukacita dalam kesusahan adalah pengalaman yang tidak bisa dimengerti oleh orang dunia. Sama seperti Paulus dan Silas yang dipenjarakan, mereka mengalami pukulan yang membuat sekujur tubuh mereka sakit. Tetapi roh mereka tetap bersukacita. Mereka menyanyi memuji Allah di tengah malam, dan semua tahanan ikut mendengarkan pujian mereka. Sukacita dalam Tuhan ini membuat mereka sangat tenteram dan damai.
Paulus sering merasakan sukacita dalam Tuhan. Kiranya kita juga dapat senantiasa mengecap sukacita di dalam Tuhan ini.