SAUH BAGI JIWA
[su_icon icon=”icon: calendar” color=”#d19636″ size=”18″ shape_size=”4″ radius=”36″] Renungan Tanggal: 27 Feb 2021
“… Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.”” (2Sam. 16:11-12)
“… Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.”” (2Sam. 16:11-12)
Sewaktu Daud melarikan diri dari pemberontakan Absalom dan sampai di Bahurim, secara kebetulan ia bertemu Simei, seorang dari keluarga Saul. Simei tidak mempedulikan status Daud sebagai raja; ia melempari Daud dengan batu, sambil mengutuk Daud sebagai penumpah darah keluarga Saul, orang dursila, dan TUHAN telah membalas segala darah dan menyerahkan keudukan raja kepada Absalom.
Waktu itu keponakan Daud bernama Abisai, tidak tahan melihat ulah Simei lalu berniat membunuhnya. Tetapi Daud mencegahnya dan berkata kepada semua orang: “Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.” Kemudian Daud dan orang-orangnya melanjutkan perjalanannya.
Daud sadar karena perbuatan zinahnya dia mengalami kesengsaraan, termasuk dihina oleh seorang rakyat jelata. Semuanya berasal dari Tuhan yang menghajar dan membalasnya. Walaupun kutukan Simei sama sekali tidak benar, tetapi Daud memilih berdiam diri menerima semuanya itu.
Iman, ketabahan pribadi, dan kecerdasan emosi Daud patut kita contoh. Daud sepenuhnya menyadari, betapapun Tuhan menghukum, dia percaya “TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita.” (Mzm. 103:8-10). Maka sewaktu dia dihukum Tuhan, Daud masih berpikir, apabila dia berdiam diri menerima hajaran Tuhan itu, ‘mungkin’ Tuhan memperhatikan kesengsaraannya, lalu membalas yang baik sebagai ganti kutuk Simei.
Perbedaan Daud dengan Saul bukanlah karena Daud tidak pernah berbuat dosa, melainkan setelah berdosa, Daud mengerti untuk mengakuinya dan bertobat, berserah pada hukuman Tuhan serta memohon pengampunan Tuhan. Berbeda dengan Saul yang setelah berdosa, masih tetap bersilat lidah melemparkan kesalahan kepada orang lain, sedangkan dirinya sendiri tidak mau bertobat.
Hai anak-anak Allah! Kita semua adalah orang berdosa, tidak seorang pun yang tidak bersalah. Jika kita tidak hati-hati sehingga berbuat dosa lalu jatuh ke dalam kesusahan apapun, hendaklah belajar pada ketaatan ‘mungkin’ dari Daud. Percayalah bahwa semuanya adalah dari Tuhan; kita segera mengaku dosa dan bertobat. ‘Mungkin’ Tuhan akan mengampuni kita, paling tidak mengurangi penderitaan. Sehingga walaupun susah dan sedih, kita masih hidup di dalam Tuhan yang penyayang dan pengasih, kita melanjutkan hidup dengan bersandar kepada-Nya.
“Mountain temple” by Carandoom is licensed under CC BY-ND