SAUH BAGI JIWA
“Efraim telah menjadi merpati tolol, tidak berakal, dengan memanggil kepada Mesir, dengan pergi kepada Asyur. Apabila mereka pergi, Aku akan membentangkan jaring-Ku ke atas mereka; Aku akan menurunkan mereka seperti burung-burung di udara, Aku akan menghajar mereka karena kejahatan-kejahatan mereka.“ (Hos. 7:11-12)
“Efraim telah menjadi merpati tolol, tidak berakal, dengan memanggil kepada Mesir, dengan pergi kepada Asyur. Apabila mereka pergi, Aku akan membentangkan jaring-Ku ke atas mereka; Aku akan menurunkan mereka seperti burung-burung di udara, Aku akan menghajar mereka karena kejahatan-kejahatan mereka.“ (Hos. 7:11-12)
Burung merpati berbeda dengan burung-burung lain, karena merpati dapat mengenali arah. Ini adalah kemampuan alami yang diberikan Allah kepadanya. Walaupun dibawa ke tempat yang ribuan kilometer jauhnya dari tempat asalnya, merpati dapat terbang kembali ke tempatnya. Tidak heran banyak orang suka memelihara merpati untuk mengikuti lomba merpati.
Merpati yang kehilangan kemampuan untuk mengenali arah adalah merpati yang tolol. Dia tidak tahu ke mana tujuannya sehingga sembarang terbang ke mana-mana. Tuannya pun tidak dapat berharap dia kembali ke sarangnya. Pada zaman nabi Hosea, bangsa Israel berhadapan dengan musuh yang sangat kuat. Bukannya berseru dan bersandar kepada Allah yang membawa mereka keluar dari Mesir, mereka malah ‘memanggil kepada Mesir, pergi kepada Asyur’. Karena itu Allah menyamakan bangsa Israel itu seperti merpati tolol: pemberontak, tegar tengkuk, congkak dan bodoh. Maka Allah memperingatkan mereka: ‘Aku akan membentangkan jaring-Ku ke atas mereka; Aku akan menurunkan mereka seperti burung-burung di udara, Aku akan menghajar mereka karena kejahatan-kejahatan mereka.’
Tuhan Yesus dibaptis di Sungai Yordan. Ketika keluar dari air, Roh Kudus seperti burung merpati turun ke atas Dia (Mrk. 1:9-10). Karena itu burung merpati juga melambangkan Roh Kudus.
Bangsa Israel sungguh adalah umat pilihan Allah, namun mereka bukannya menjadi seperti burung merpati yang berhikmat dan melambangkan Roh Kudus, tetapi mereka menjadi seperti burung merpati tolol yang merendahkan harga diri, pergi ke mana-mana mengemis pada bangsa asing dan tidak kembali ke Allah mereka. Karena itu Allah akan membentangkan jaring-Nya ke atas mereka dan menurunkan mereka seperti burung-burung di udara. Mereka akhirnya akan dibinasakan oleh negeri Asyur yang mereka andalkan untuk mencari pertolongan.
Hari ini apakah kita juga seperti orang Israel yang bersikap tidak percaya dan acuh kepada Allah? Sewaktu menemui kesulitan, apakah kita hanya mau meminta nasihat kepada ahli, tidak mau bertanya kepada Allah? Sewaktu sakit, apakah hanya mencari dokter, tidak mau memohon kesembuhan kepada Allah? Sewaktu menemui kesusahan, apakah hanya meminta tolong kepada manusia, tidak kepada Allah?
Alkitab menceritakan sewaktu Raja Asa dari negeri Yehuda menderita sakit pada kakinya yang kemudian menjadi semakin parah. Namun dalam kesakitannya itu ia tidak mencari pertolongan TUHAN, tetapi pertolongan tabib-tabib (2Taw. 16:12). Raja Asa mati dua tahun kemudian. Sangat disayangkan, Raja Asa yang gagah perkasa itu menjadi seperti merpati tolol yang tidak bersandar kepada Allah ketika ia jatuh sakit.
Mazmur tertulis: “Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan.” (Mzm. 118:8-9). Begitu juga: “Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita.” (Mzm. 20:8). Kiranya kita semua mengerti untuk bersandar kepada Allah dalam segala perkara. Seburuk apa pun keadaan di luar, kita mau kembali kepada Allah, jangan seperti merpati tolol yang berpaling kepada manusia!