SAUH BAGI JIWA
“Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (Yohanes 8:7)
“Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (Yohanes 8:7)
Suatu hari, ahli Taurat dan orang Farisi membawa kepada Yesus seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah, dan bertanya apakah dapat melemparinya dengan batu sesuai dengan hukum Taurat Musa.
Mereka bertanya bukanlah untuk mendapatkan jawaban, melainkan untuk mencobai Yesus, supaya memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Mereka tahu, menurut hukum Romawi, orang Yahudi tidak berhak mengadili, apa lagi untuk menghukum mati seseorang. Bila Tuhan Yesus menyetujui menghukum mati perempuan itu sesuai hukum Taurat Musa, akan melanggar hukum Romawi (Yohanes 18:31), tetapi bila Yesus melepaskan perempuan itu, berarti nyata-nyata mengabaikan hukum Taurat Musa.
Yesus mengetahui niat jahat mereka, lalu bertanya kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Maka orang-orang yang berkerumun itu pergi seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah perempuan yang dipermalukan itu, lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Waktu itu Yesus tidak bingung menghadapi orang-orang yang ribut itu, sama seperti kejadian-kejadian lain Dia tetap tenang, Dia menulis dengan jarinya di tanah, memberi isyarat agar orang-orang tenang dalam menghadapi persoalan ini. Maka, sementara perempuan itu menunggu hukuman mati Yesus, namun pertanyaan Yesus justru membuat orang-orang malu dan pergi.
Perkataan Yesus yang penuh hikmat dan belas kasihan itu, bukanlah membiarkan perbuatan dosa, melainkan untuk memberikan kesempatan bertobat, sebab akhirnya Tuhan berkata kepadanya: ‘Pergilah, jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang!’
Di dunia ini, siapa yang tidak berdosa? Tidak seorangpun yang tidak berdosa. Jadi karena semua orang berdosa, yang membedakannya hanyalah pada besar kecilnya dosa, maka tidak seorang pun yang layak untuk menghakimi orang lain. Tetapi sifat manusia justru suka mawas orang lain, tidak mau mawas diri sendiri; suka mencari kesalahan orang lain, tidak mau memeriksa kesalahan diri sendiri; mencela orang lain, tidak mau mencela diri sendiri; menghakimi orang lain, tidak mau menghakimi diri sendiri.
Orang-orang yang berkerumun yang mendesak jawaban dari Yesus itu, hanya melihat dosa dari perempuan itu, tetapi lupa diri mereka pun berdosa, seperti tertulis di Amsal: “Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.” (Amsal 16:2).
Tuhan Yesus pernah berfirman: “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.” (Matius 7:3-4). Kiranya kita jangan mencari-cari selumbar di mata saudara kita, sedangkan balok di mata kita tidak kita ketahui.