SAUH BAGI JIWA
“Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu.” (Why. 3:15-16)
“Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu.” (Why. 3:15-16)
Pada pertengahan Mei 2017, akhirnya kami berhasil menyaksikan impian pemandangan yang menakjubkan Taman Nasional Yellowstone di Amerika! Taman Nasional Yellowstone ini memiliki pemandangan bentuk topografi yang khas dan sangat terkenal di dunia, jauh dari sekadar “taman” yang dapat dilukiskan. Sumber panas bumi yang berlimpah menimbulkan banyaknya pemandangan sumber air panas, terbanyak di dunia. Binatang-binatang liar yang mendiami wilayah ini pun merupakan fokus daya tarik Taman Nasional Yellowstone. Di sumber-sumber air panas Yellowstone, hidup tumbuhan air, bakteri, dan mikroba-mikroba lainnya, sehingga muncul warna-warni yang indah. Mereka bak piring berisi warna-warna terindah di permukaan bumi dan dikagumi oleh manusia. Warna-warna di permukaan air itu pun dapat berubah-ubah sesuai dengan iklim!
Sumber-sumber air panas di Taman Nasional Yellowstone ini adalah sumber air mendidih yang bergolak. Pengunjung tidak boleh menyentuhnya, karena dapat menyebabkan cedera, bahkan kematian. Sumber air panas ini membuat saya teringat dengan gambaran yang dilukiskan Allah tentang iman kepercayaan jemaat di Laodikia, yang mempunyai keadaan yang “tidak panas” dan juga “tidak dingin”.
Mengapa Allah menyebutkan mereka demikian? Pada zaman itu perdagangan dan industri Kota Laodikia sangat maju. Kota itu memproduksi bulu domba, dan juga merupakan pusat pelayanan kesehatan yang sangat terkkenal. Penduduknya sangat kaya, sampai-sampai ketika kota itu porak-poranda oleh gempa bumi, dengan dana penduduknya sendiri dan tanpa bantuan pemerintah, mereka dapat membangun kembali kota itu.
Dengan penduduk yang begitu kaya dan berdikari, tanpa mengandalkan pemerintahnya, tentu dalam iman kepercayaan kepada Allah juga menjadi dingin. Kebetulan, di luar Kota Laodikia terdapat sumber air panas. Namun pada saat air panas itu melewati kota tersebut, airnya tidak lagi terlalu panas, sehingga menjadi “tidak dingin dan tidak panas”, tepat seperti gambaran iman kepercayaan jemaat Laodikia.
Gereja Laodikia merupakan satu-satunya gereja di antara tujuh gereja di Kitab Wahyu yang tidak menerima pujian Allah. Secara lahiriah mereka kaya raya, tetapi Allah menyebut mereka sebagai melarat, malang, miskin, buta, dan telanjang. Itulah keadaan iman kepercayaan mereka. Oleh sebab itu Allah menasihati mereka untuk membeli emas yang telah dimurnikan dalam api, agar mereka kaya raya dalam kerohanian; membeli pakaian putih, agar ketelanjangan mereka tertutupi; membeli minyak untuk melumas mata, agar mata rohani mereka dapat melihat.
Marilah kita merenungkan keadaan iman kepercayaan kita, apakah kita kurang giat beribadah, tidak bersemangat menyempurnakan rohani, tidak tertarik melayani? Apakah kita telah menjadi sama seperti jemaat di Laodikia yang tidak panas pun tidak dingin, ada boleh, tidak ada ya sudah? Apabila kita menjawab “ya” pada pertanyaan-pertanyaan itu, suatu hari di depan takhta penghakiman Allah, Ia akan memuntahkan kita dari mulut-Nya, sungguh akibat yang sangat berat. Kiranya selama kita masih hidup di dunia, jangan sekali-kali kita menjadi jemaat yang tidak dingin dan tidak panas!