SAUH BAGI JIWA
“Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.” (Mzm. 66:20).
“Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.” (Mzm. 66:20).
Dari perzinahannya dengan Batsyeba, Daud memperoleh seorang anak. Tetapi Allah tidak berkenan dengan perbuatan Daud dan menulahi anak itu sehingga sakit keras. Daud berdoa memohon kepada Allah untuk membiarkannya tetap hidup. Sikap Daud dalam doa ini sangat patut kita renungkan dan pelajari.
Sebelum anak itu mati, Daud masuk ke dalam kamar dan semalam-malaman berbaring di tanah, berpuasa dan berdoa memohon agar anak itu disembuhkan. Pada hari ketujuh matilah anak itu, lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah, sesudah itu ia makan.
Pegawai-pegawainya menjadi bingung atas sikap Daud ini. Mengapa sebelum anak itu mati, Daud tidak makan dan tidak minum. Tetapi setelah anak itu mati, Daud malah bangun dan makan? Mereka menanyakan alasannya kepada Daud.
Daud menjawab: “Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.” (2Sam. 12:22-23).
Filosofi Daud dalam berdoa mengajarkan kita untuk tidak menyerah dan berhenti berdoa selama masalah yang kita hadapi masih ada secercah harapan. SSebaliknya, kita harus lebih tekun berdoa dengan sekuat tenaga, dengan harapan siapa tahu Allah berbelas kasihan dan mengabulkan permohonan kita.
Ketika anak itu masih belum mati, Daud berpuasa dan berdoa mengharapkan belas kasihan Allah agar anak itu bisa sembuh. Tetapi setelah anak itu mati, kehendak Allah sudah dinyatakan dan tidak dapat lagi diubah. Saat itu terus memohon juga tidak ada lagi gunanya. Maka Daud bangun dan dengan taat menerima keputusan Allah.
Sewaktu kita mendoakan keluarga atau saudara seiman kita yang sakit, asalkan mereka masih bernapas, kita masih mempunyai kesempatan untuk mendoakannya. Jangan cepat putus asa dan berhenti memohon kepada Allah. Kita harus terus berdoa sampai Allah memberikan jawaban akhir. Apabila Allah sudah menjawabnya, kita harus menerimanya dengan taat. Jadi selama Allah tidak melarang kita menolong dalam doa, marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, berlutut berdoa memohon kepada-Nya.
Sewaktu orang yang kita doakan masih bernapas, marilah kita berdoa mencucurkan air mata, memohon agar Allah menyembuhkan mereka. Jangan sampai kita mengeluarkan air mata penyesalan setelah mereka telah berlalu! Apabila kita tidak sungguh-sungguh mendoakan mereka selagi mereka masih hidup, janganlah kita memakai alasan “segala sesuatu ada kehendak Allah” untuk menutupi kealpaan kita. Hanya bila kita sudah sungguh-sungguh mendoakan mereka selagi mereka masih ada kesempatan, barulah kita bebas dari perasaan bersalah!