SAUH BAGI JIWA
“Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. …. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” (Pkh. 3:10-11)
“Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. …. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” (Pkh. 3:10-11)
(Ecclesiastes 3:10 (KJV): I have seen the travail, which God hath given to the sons of men to be exercised in it.)
Kehidupan dipenuhi dengan jerih lelah, setiap manusia tanpa terkecuali harus menerima hal ini. Ternyata Tuhan membuat manusia berjerih lelah adalah agar manusia dilatih di dalamnya. Banyak manusia yang tak henti-hentinya bertanya “mengapa” tentang banyak hal dari awal terjadi hingga hal itu berakhir, tetapi mereka tidak menemukan jawabannya. Karena manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Bukankah Tuhan menunjukkan mujizat-Nya yang besar dengan menyelamatkan tiga orang Ibrani dari api yang menyala sampai bahkan rambut di kepala pun tidak terbakar? Bukankah Tuhan menunjukkan mujizat-Nya yang besar dengan mengatupkan mulut singa, menyelamatkan Daniel hingga bahkan ia tidak terluka apa-apa?
Namun, ketika Paulus memberitakan Injil di Damsyik, Tuhan tidak mengutus prajurit malaikat-Nya untuk menyelamatkan rasul besar ini dengan diterbangkan menjauhi orang-orang Yahudi yang siap membunuhnya. Pada saat itu, cara Tuhan menolongnya adalah hanya dengan menggunakan murid-Nya yang menurunkan dia dalam sebuah keranjang dari sebuah tingkap ke luar tembok kota di malam hari. Oh! Seorang hamba Tuhan ternyata sedemikian tidak dihormati, ia diturunkan dengan begitu memalukan!
Bukankah Tuhan meniupkan angin timur semalaman kepada air laut sehingga bangsa Israel berjalan di tanah kering menyeberangi Laut Merah? Bukankah Tuhan membuat aliran sungai terputus ketika kaki para imam pengangkut tabut menginjakkan kakinya ke dalam sungai Yordan, sehingga bangsa Israel dapat mendirikan batu dan menyeberangi sungai Yordan?
Namun ketika Paulus ada dalam kapal menuju Roma, tiba-tiba ia menghadapi perubahan cuaca yang mengakibatkan kesulitan bagi kapal. Meskipun Tuhan mengutus malaikat kepadanya untuk mengatakan jangan takut dan bahwa orang dalam kapal semuanya diserahkan kepadanya, namun ketika harapan untuk selamat semakin padam, Tuhan tidak juga bersuara untuk menenangkan angin dan laut, atau mengutus malaikat untuk membawa Paulus terbang keluar menghindari kapal yang hancur itu.
Paulus bernasib sama dengan orang-orang lainnya, dihempas aliran air laut yang deras. Setelah kapal terdampar, ia harus menunggu pertolongan di tengah air, barulah dia dapat tertolong ke darat bersama dengan orang-orang lainnya. Oh! Seorang hamba Tuhan, ternyata demikian kesulitan, ada dalam keadaan tak menentu dan dipermalukan, terapung dan tenggelam, menanti datangnya pertolongan agar bisa selamat ke daratan.
Tuhan telah melakukan mujizat kepada banyak orang, tapi belum tentu melakukannya pada diri Paulus, juga belum tentu melakukannya pada diri kita. Namun hal ini tidak mempengaruhi iman Paulus terhadap Tuhan. Maka hal ini juga seharusnya tidak mempengaruhi iman kita kepada Tuhan. Tuhan memiliki waktu-Nya, cara-Nya, dan perbuatan-Nya yang tak terselami oleh manusia. Kita hanya dapat percaya kepada Tuhan, karena ini adalah latihan yang harus diterima oleh kita di dunia.
“Nyanyian ziarah Daud. TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.” (Mazmur 131:1) “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yes. 55:8-9).
Perihal Tuhan sungguh tak terselami oleh kita, terlebih lagi rancangan dan jalan-Nya tidak kita mengerti. Maka kita harus merendahkan hati, mendekat kepada Tuhan, biarkan Tuhan membimbing dan memimpin kita!