SAUH BAGI JIWA
“Dengan nyaring aku berseru-seru kepada TUHAN, dengan nyaring aku memohon kepada TUHAN. Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya.” (Mzm. 142:2-3)
“Dengan nyaring aku berseru-seru kepada TUHAN, dengan nyaring aku memohon kepada TUHAN. Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya.” (Mzm. 142:2-3)
Tertulis di Kitab Ayub: “Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan.” (Ayb. 14:1). Demikianlah hidup manusia tidak kekurangan kesusahan kemalangan. Tatkala kita berada di dalam kesusahan, ada saja orang yang tanpa kita sadari mengulurkan tangan memberi pertolongan dan kehangatan kepada kita. Dalam lubuk hati kita menyebut orang itu adalah ‘yang berjasa’ bagi hidup kita.
Misalkan juru minuman yang Yusuf temui di penjara, dia adalah orang ‘berjasa’ yang TUHAN sediakan bagi Yusuf. Setelah juru minuman itu keluar dari penjara, dan ketika semua ahli dan orang berilmu Mesir tidak dapat mengartikan mimpi Firaun, dia memperkenalkan Yusuf kepada Firaun, dengan demikian nasib Yusuf berbalik. Firaun juga adalah ‘yang berjasa’ kedua yang TUHAN siapkan bagi Yusuf. Setelah mendengarkan arti mimpinya dari Yusuf, dia segera tahu ada Roh TUHAN pada Yusuf sehingga memiliki akal budi dan hikmat untuk mengurus kerajaan Mesir. Dan Yusuf pun diangkat menjadi penguasa atas seluruh tanah Mesir.
Biasanya kita beranggapan TUHAN akan menyiapkan ‘orang-orang berjasa’ bagi kita ketika kita sedang terpuruk untuk menolong mengangkat kita. Tidak terpikir oleh kita, bahwa ketika kita sedang menderita, orang yang hendak mengangkat tangan untuk memukul kita justru menjadi ‘orang berjasa’ itu. Namun logika TUHAN seringkali terbalik dengan logika manusia. Tidak jarang, TUHAN menempatkan orang-orang yang mau mencelakai kita sebagai ‘orang-orang berjasa’ bagi kita.
Contohnya, Penina bagi Hana. Bila tidak ada Penina sebagai madu Hana yang mengejek dia yang mandul dan membuat Hana sangat sengsara, tentulah Hana tidak akan terpacu untuk berdoa sungguh-sungguh kepada TUHAN. Alkitab menulis dengan jelas: “sebab TUHAN telah menutup kandungannya.” Jadi kuasa dan wewenang sepenuhnya ada di tangan TUHAN. TUHAN sengaja membuat Hana mandul, memaksa Hana yang putus asa untuk berdoa bersandar kepada-Nya. Kemudian Hana lalu melahirkan Samuel dan mempersembahkan anaknya kepada TUHAN. Dari peristiwa ini kita dapat menyaksikan ajaibnya kuasa TUHAN dan iman Hana!
Dari sudut pandang ini, tidakkah kita sependapat bahwa Penina ‘berjasa’ bagi Hana? Tanpa Penina, Hana hanyalah perempuan biasa yang hidup tenteram, tidak tekun berdoa memohon anak kepada TUHAN. Tanpa anak pun Hana tetap dicintai oleh suaminya. Jadi tanpa Penina, sejarah bangsa Israel sangat berbeda karena tidak ada Samuel, imam dan pemimpin besar bangsa Israel, dan umat Kristen di kemudian hari pun tidak dapat mempelajari teladan Hana, perempuan yang tekun berdoa kepada TUHAN!
Karena itu janganlah kita mengeluhkan orang yang menyusahkan dan mencelakai kita. Karena merekalah kita belajar bersandar kepada TUHAN, sehingga sesungguhnya mereka berjasa bagi kita!