SAUH BAGI JIWA
“Sekaliannya mereka orang-orang berzinah, bagaikan dapur perapian yang menyala terus, ketika tukang bakar roti berhenti membesarkan apinya, sementara ia meremas adonan sampai menjadi muai oleh ragi.” (Hos. 7:4)
“Sekaliannya mereka orang-orang berzinah, bagaikan dapur perapian yang menyala terus, ketika tukang bakar roti berhenti membesarkan apinya, sementara ia meremas adonan sampai menjadi muai oleh ragi.” (Hos. 7:4)
Di masa akhir kerajaan utara Israel, keadaan mereka sangat menyedihkan membuat orang berdesah kala menyaksikannya. Hosea, nabi Allah, tidak henti-hentinya menyampaikan peringatan dari Allah, tetapi di dalam kerajaan terus menerus terjadi kudeta dan penumpahan darah. Selama 25 tahun, ada empat raja yang terbunuh oleh pejabatnya yang merebut singgasana kerajaan.
Bila di suatu negara orang sibuk berebut kekuasaan dengan berbuat apa yang jahat di mata Allah, maka rakyatnya juga ikut terjerumus ke dalam berbagai kejahatan, seperti penyembahan berhala, kebobrokan moral, perzinahan, kebiadaban dan segala macam dosa.
Kebobrokan di segala kalangan dari atas hingga bawah ini dilukiskan dalam Alkitab sebagai berikut: “Mereka menyukakan raja dengan kejahatan mereka, dan para pemuka dengan kebohongan mereka.” (Hos. 7:3). Keberdosaan rakyat malah menyukakan sang raja, dan kebohongan para pemimpin menggembirakan pemimpin negara. Bagaimanakah kerajaan seperti itu dapat bertahan?
Lebih parah lagi, rakyat yang sudah terbiasa dengan perbuatan-perbuatan jahat itu bukan saja tidak mau bertobat, tetapi malah semakin menjadi-jadi. Seperti pembakar roti yang selalu memanaskan dapur perapiannya, ia hanya sebentar saja menghentikan pembakaran ketika ia meremas adonan sampai menjadi muai oleh ragi. Begitu adonan rotinya siap, dia segera mengobarkan lagi apinya, berbuat dosa sejadi-jadinya.
Rakyat Israel yang sudah dikuasai hawa nafsu menceburkan diri dalam arus dosa. Mereka sama sekali tidak tergerak untuk berbuat baik, sebaliknya semangatnya selalu melambung terhadap dosa. Sekalipun negerinya sudah sekian lama terombang-ambing di antara kekuasaan negeri Asyur dan Mesir, tetapi tidak seorang pun dari mereka yang mencari Allah. Mereka tetap tenggelam dalam penyembahan berhala asing. Sungguh menyedihkan sekali keadaan mereka!
Dalam masyarakat kita hari ini, walaupun jarang terjadi kudeta atau perebutan kekuasaan dengan penumpahan darah, tetapi kasat mata terlihat banyak terjadi kejahatan karena keinginan daging, “yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.” (Gal. 5:19-21). Kita yang hidup di zaman ini hendaklah mendengarkan nasihat Rasul Petrus: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1Ptr. 5:8)
Hai anak-anak Allah, marilah kita kuat dengan bersandar kepada Tuhan! Jauhi segala kejahatan, jangan berdosa kepada Allah, jangan menjadi seperti dapur perapian yang menyala terus. Jangan anggap Allah tidak memperhatikannya. Marilah kita menjadi garam dan terang bagi dunia yang gelap ini, seperti firman Tuhan Yesus: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat. 5:16)