SAUH BAGI JIWA
“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat. 11:29)
“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat. 11:29)
Dari pengungkapan Paulus sendiri, ia disunat pada hari kedelapan setelah dilahirkan dari suku Benyamin, orang Ibrani asli. Dari pendiriannya pada Hukum Taurat, ia adalah seorang Farisi (Flp. 3:5). Dari sini dapat diketahui bahwa sungguh ia adalah orang Yahudi. Karena Paulus dilahirkan di Tarsus yang berlatar belakang Yunani namun tergolong sebagai wilayah Romawi, sejak lahirnya ia menjadi warga Rum (Kis. 22:27-29), bahkan ia dapat berbahasa Yunani. Lalu ia dibesarkan di Yerusalem, dan dididik dengan teliti oleh Gamaliel, seorang rabi orang Yahudi yang ternama dalam pengetahuan Hukum Taurat. Paulus menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah (Kis. 22:3).
Paulus dilahirkan dari latar belakang agama yang demikian sempurna. Setelah Paulus dipilih Allah menjadi rasul di bawah sinar terang di Damsyik, dibandingkan dengan rasul-rasul lain dengan latar belakang yang lebih bersahaja, Paulus punya modal untuk menyombongkan diri.
Namun ketika ia berada di Gereja Korintus, ia menemukan jemaat di sana berkubu-kubu dan bertengkar. Ada yang berkata ia mengikuti Paulus, ada yang mengikuti Apolos, Kefas, bahkan Kristus. Paulus tidak bergembira melihat dirinya dipandang tinggi oleh jemaat, tetapi sebaliknya ia segera menegur mereka: “Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus? Aku mengucap syukur bahwa tidak ada seorangpun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan Gayus, sehingga tidak ada orang yang dapat mengatakan, bahwa kamu dibaptis dalam namaku. Juga keluarga Stefanus aku yang membaptisnya. Kecuali mereka aku tidak tahu, entahkah ada lagi orang yang aku baptis. Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.” (1Kor. 1:13-17)
Dengan pembagian tugas bercocok-tanam, Paulus mengumpamakan proses kerjasama pelayanannya dengan Apolos: “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.” (1Kor. 3:6-7)
Pada hari ini kita melayani Allah di gereja, jangan sekali-kali kita berpihak-pihak dan bertengkar. Dan apabila kita semakin dipakai oleh gereja, menjabat banyak pekerjaan kudus, terlebih jangan timbul kesombongan. Latar belakang, pengalaman, hikmat, pendidikan dan kemampuan kita, bagaimana bisa dibandingkan dengan Paulus. Apabila ia sedemikian rendah hati walaupun telah menjadi rasul, bagaimana kita boleh menjadi sombong!
Biarlah kita belajar dari hati Tuhan Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, juga belajar kepada Paulus menjadi orang yang rendah hati! Karena “kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” (Ams. 16:18)