SAUH BAGI JIWA
“Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum.” (Kel. 17:6)
“Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum.” (Kel. 17:6)
Setelah keluar dari Mesir, bangsa Israel berkemah di Rafidim yang berada di padang gurun Sin. Di situ mereka tidak ada air untuk minum, sehingga mereka bersungut-sungut dan bertengkar dengan Musa, bahkan hampir saja melempari Musa dengan batu. Rakyat itu ribut dan mencobai Allah dan marah kepada Musa. Dibalik itu sebenarnya mereka menyalahkan Allah yang membawa mereka keluar dari Mesir.
Karena mereka baru saja keluar dari Mesir sehingga bersikap emosional, Allah bersabar atas protes mereka dan tidak murka terhadap mereka. Allah hanya menyuruh Musa memukul gunung batu untuk mengeluarkan air dari dalamnya, maka terjadilah demikian dan bangsa Israel mendapat air minum. Dua ribu tahun kemudian, prajurit Romawi mendera Tuhan Yesus dengan keras, mirip dengan kejadian Musa memukul gunung batu sehingga keluar air. Bedanya, dari lambung Tuhan Yesus tercurah air kehidupan menjadi minuman bagi orang berdosa yang dahaga dan yang mau mendekat kepada Tuhan.
Kadang juga, Allah memakai cara ‘memukul’ terhadap orang yang Ia kasihi, agar rohaninya semakin bertumbuh. Yakub bergulat dengan Allah di Pniel, Allah lalu memukul sendi pangkal paha Yakub sehingga ia terpelecok. Karena cedera itu Yakub berjalan pincang, secara fisik Yakub menjadi cacat, tetapi rohaninya justru menjadi baru karena dia sudah berhadap-hadapan dengan Allah.
Sewaktu masih remaja, Yusuf banyak mimpinya. Allah lalu membiarkan dia dijual oleh abang-abangnya menjadi budak di Mesir, bahkan kemudian difitnah oleh istri majikannya sehingga dimasukkan ke dalam penjara. Yusuf dipermainkan oleh nasib, tetapi tiga belas tahun kemudian dia menjadi mangkubumi negeri Mesir.
Musa dibesarkan di istana Firaun dan sudah belajar semua ilmu dari Mesir, tetapi Allah juga menjadikan dia gembala selama 40 tahun, didera di padang gurun yang panas terik. Setelah pukulan ini, Allah baru mengutus Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir.
Gideon bersama 300 rakyat yang mengikuti dia, mendapat perintah dari Allah agar ‘memecahkan’ buyung kosong dengan suluh di dalamnya yang dipegang tangan kirinya. Dengan demikian sinar terang obor itu menghalau kegelapan di luar, musuh pun dihancurkan dengan segera. Memecahkan buyung melambangkan memecahkan diri sendiri agar dipenuhi oleh Allah.
Begitu pula mujizat lima roti dua ikan yang Tuhan Yesus lakukan. Pertama-tama Tuhan mengucapkan berkat atas roti dan ikan itu, kemudian ‘memecah-mecahkannya’ dan mengenyangkan 5000 orang. Maria yang mengasihi Tuhan juga memecahkan buyung yang berisi minyak narwastu murni. Dengan minyak itu dia meminyaki kaki Yesus, menjadi persiapan bagi penguburan Tuhan, semerbak memenuhi seluruh rumah.
Jadi bila hari ini kita mendapat ‘pukulan’ oleh berbagai pengujian Allah, janganlah kita bersungut-sungut kepada-Nya, janganlah runtuh iman kita. Sesungguhnya pukulan ini justru merupakan tanda Allah mengasihi kita. Ya, marilah kita dengan sukacita dan rela menerima ‘pukulan’ Allah, karena setelah itu kita akan memancarkan terang rohani yang berkilauan.