SAUH BAGI JIWA
“…Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota…bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan…yaitu Maria yang disebut Magdalena…” (Lukas 8:1-2)
“…Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota…bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan…yaitu Maria yang disebut Magdalena…” (Lukas 8:1-2)
Jika ada seseorang yang dengan tulus berbuat baik kepada kita, biasanya kita akan memberikan respons yang setara dengan perbuatan baik tersebut. Terkadang kita merasa tidak enak hati dan berhutang budi terhadap orang tersebut, sehingga saat ada kesempatan kita membalas perbuatan baik dengan berbuat baik lagi–dengan tujuan tidak hanya mencerminkan rasa terima kasih kita, tetapi juga keinginan untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan orang tersebut.
Jika terhadap orang yang berbuat baik, kita membalasnya sedemikian rupa; bagaimana halnya terhadap Tuhan? Kita sudah menerima begitu banyak anugerah kemurahan Tuhan dalam hidup kita sehari-hari, baik jasmani maupun kehidupan rohani. Lalu, apakah balasan yang kita berikan kepada-Nya?
Kiranya kehidupan Maria Magdalena dapat menjadi sebuah teladan bagi kita. Maria Magdalena, yang dahulu telah disembuhkan dari tujuh roh jahat yang merasuki dirinya, adalah salah seorang dari beberapa perempuan yang bersama-sama mengikuti Tuhan Yesus berkeliling dari kota ke kota lain. Tuhan Yesus pergi dari kota ke kota bukan untuk berwisata kuliner. Penulis Injil Lukas dengan tegas menyatakan bahwa perjalanan Yesus adalah untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Dalam perjalanan penginjilan tersebut, Maria–salah satu dari beberapa perempuan–ikut serta dalam pekerjaan pelayanan itu. Dibandingkan tinggal di rumah sambil menikmati kebebasan hidup barunya terlepas dari rasukan roh jahat, Maria membalas anugerah Tuhan dengan cara pergi bersama-sama dan mengikuti Tuhan dalam pekerjaan penginjilan-Nya.
Pada hari ini, kita sebagai orang yang telah dipanggil Tuhan, sudah menerima begitu banyak berkat anugerah-Nya. Namun, apakah kita hanya sebatas percaya dan semata-mata mengikuti-Nya demi berkat-berkat-Nya saja? Dapatkah kita bertumbuh dalam anugerah-Nya dan membalas kebaikan-Nya?
Dalam rumah-Nya, ada begitu banyak bidang pelayanan yang dapat kita lakukan. Mulai dari pelayanan menyambut tamu, memimpin pujian, pencatat kebaktian, membantu membersihkan gereja, memperhatikan para simpatisan sampai kepada penulis renungan, guru agama, pemimpin persekutuan, kelompok sel ataupun pengkhotbah; dan masih banyak lagi tugas pelayanan lainnya. Dengan demikian, membalas kebaikan Tuhan bukan hanya sekadar memberikan hal yang bersifat materi, melainkan juga mempergunakan talenta yang telah Ia berikan semaksimal mungkin untuk kemuliaan nama-Nya.
Saat berhutang budi kepada orang lain, tentu kita memiliki beban pikiran tersendiri, memikirkan bagaimana caranya membalas hutang budi tersebut. Terhadap orang demikian, kita merasa tidak enak hati. Apalagi terhadap Tuhan Yesus yang telah mengorbankan nyawa-Nya dan mencurahkan darah-Nya untuk menebus dan menyelamatkan kita dari maut! Sudah sepantasnya kita membalasnya dengan memberikan yang terbaik bagi-Nya. Jangan sampai kita menjadi orang yang “tidak tahu hutang budi” serta meremehkan anugerah-Nya begitu saja. Tetapi marilah kita menjadi seperti Maria, setelah mengecap kebaikan Tuhan yang begitu berlimpah, hendaknya kita bertumbuh dalam iman, membalas kebaikan-Nya dengan semakin berbuah bagi-Nya dan bagi jemaat-Nya. Haleluya!