SAUH BAGI JIWA
“Lalu berkatalah Yosua kepada mereka: ‘Janganlah takut dan janganlah tawar hati, kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab secara itulah akan dilakukan TUHAN kepada semua musuhmu, yang kamu perangi’ ” (Yosua 10:25)
Kitab Bacaan: Yosua 10:16-27
“Lalu berkatalah Yosua kepada mereka: ‘Janganlah takut dan janganlah tawar hati, kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab secara itulah akan dilakukan TUHAN kepada semua musuhmu, yang kamu perangi’ ” (Yosua 10:25)
Kitab Bacaan: Yosua 10:16-27
Yosua memimpin bangsa Israel berperang melawan raja-raja orang Amori, yaitu raja Yerusalem, raja Hebron, raja Yarmut, raja Lakhis dan raja Eglon. Walaupun menghadapi pasukan musuh yang besar, bangsa Israel berhasil mengalahkan mereka dan mendapatkan kemenangan besar. Peperangan ini dahsyat dan memakan waktu lebih lama daripada biasanya karena pada saat itu matahari tidak bergerak dan lambat-lambat terbenam sampai kira-kira sehari penuh. Pada zaman dahulu perang dimulai pada pagi hari dan berakhir saat matahari terbenam.
Berperang bukanlah kegiatan yang menyenangkan karena orang yang terlibat di dalamnya bisa kehilangan nyawa kapan saja. Selain harus berperang dalam waktu yang lebih lama, jumlah pasukan musuh juga jauh lebih besar dibandingkan pada saat mereka menghadapi Yerikho dan Ai. Bangsa Israel menjadi takut dan tawar hati, walaupun mereka telah menang atas Yerikho dan Ai. Yosua menguatkan hati bangsa Israel dengan menggantung kelima raja yang berhasil ditangkapnya itu (Yos 10:26).
Apa yang terjadi dengan orang Israel ini menjadi sebuah pelajaran bagi kita. Setelah percaya kepada Tuhan dan mendapatkan pertolongan-Nya, kita tidak secara otomatis memiliki iman yang lebih kuat dan tidak lagi memiliki rasa takut. Kita tetap harus berjuang untuk mengalahkan rasa takut itu. Otak kita mengambil kesimpulan dari apa yang kita lihat, dengar dan rasakan dengan panca indera kita. Bangsa Israel melihat pasukan musuh yang berjumlah sangat besar. Mereka harus melakukan peperangan yang lebih panjang dan melelahkan daripada biasanya. Wajar jika mereka merasa takut dan tawar hati mengenai musuh-musuh yang ada di hadapan mereka.
Dalam menjalankan tugas pemberitaan Injil, Paulus juga pernah merasakan putus asa. Ia merasa apa yang dilakukannya sia-sia karena gereja mengalami perpecahan, jemaat dengan mudahnya meninggalkan Tuhan Yesus dan sebagainya. Karena itu, Paulus mengajarkan kepada kita agar melatih tubuh kita dan menguasainya seluruhnya sehingga meskipun melihat atau mendengar sesuatu yang bisa melemahkan, kita tidak akan terpengaruh dan jatuh (1Kor 9:27). Kita harus terus berjuang untuk mengendalikan tubuh dan pikiran kita sepenuhnya sehingga kita tidak menjadi tawar hati meskipun mengalami berbagai tantangan dan kesukaran.