SAUH BAGI JIWA
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran” (Amsal 17:17)
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran” (Amsal 17:17)
Ada sebuah cerita dari negeri Tiongkok yang mengisahkan tentang hubungan antara seorang petani dan seorang pemburu. Mereka hidup bertetangga dan dikisahkan si pemburu mempunyai beberapa ekor anjing pemburu yang galak dan kurang terlatih. Mereka selalu melompati pagar rumah si petani dan mengejar domba-domba peliharaannya, sehingga beberapa ekor domba di antaranya terluka parah. Beberapa kali si petani mengingatkan si pemburu, tapi tidak dipedulikannya.
Setelah kesabarannya hilang, maka si petani melaporkan si pemburu ke seorang hakim. Lalu sang hakim memberinya nasihat, “Saya bisa saja menghukum si pemburu dan mengurung anjing-anjingnya, tapi kamu akan kehilangan seorang teman. Maka, sebaiknya berilah keluarga mereka beberapa ekor anak domba terbaik.” Nasihatnya cukup unik dan tidak terduga. Namun, si petani tetap menuruti nasihat sang hakim. Dia memberikan tiga anak kambingnya untuk anak-anak si pemburu. Alhasil, mereka sangat gembira sekali dan sejak itu seluruh anjingnya dikurung.
Hubungan mereka pun semakin hari semakin membaik, mereka bahkan jadi saling memberi. Si petani memberi susu, pemburu memberi hasil buruan. Kedamaian pun tercipta di antara kedua tetangga tersebut.
Cerita ini mengingatkan kita terhadap pepatah yang mengatakan, “Satu orang teman lebih berharga daripada seribu musuh.” Jangankan seribu, satu musuh saja sudah terlalu banyak. Bayangkan jika si petani tidak menyukai kedamaian dan tidak mau bersabar, mungkin pertengkaran dan keributan akan muncul di antara mereka berdua. Tidak ada kedamaian di antara si petani dan si pemburu dan malah memunculkan suatu permusuhan.
Kehidupan akan menjadi tidak nyaman dan tentunya tidak damai jika ada musuh di dalam kehidupan kita. Aktivitas kita pun dapat menjadi terhambat jika hubungan tidak segera diperbaiki. Misalnya jika kita pernah berselisih dengan seseorang di gereja. Akibat konflik yang berkepanjangan tersebut, kita jadi merasa tidak ingin datang lagi ke gereja karena enggan bertemu dengan “musuh” kita. Sungguh, hal tersebut suatu penghalang, bukan?
Maka dari itu, kejarlah kedamaian. Seperti yang dikatakan dalam kitab Roma 14:19, “Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.” Perbanyaklah teman, terutama teman baik. Dan kalau memungkinkan, perbanyaklah sahabat, karena seorang sahabat bisa lebih dari saudara. Mari kita saling membangun satu sama lain dan bersama-sama bertumbuh di dalam Tuhan.
Selamat beraktivitas dan Tuhan Yesus memberkati.