SAUH BAGI JIWA
“Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia” (Yohanes 17:16)
“Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia” (Yohanes 17:16)
Perceraian, ketidaksetiaan, penyimpangan seks, kedengkian, pembicaraan yang sia-sia, kehidupan yang terpaku pada uang, penindasan, ini semua adalah hal-hal yang telah menjadi norma-norma dari kehidupan sosial sekarang. Banyak orang yang telah melakukannya. Bagaimana dengan kita?
Tontonan dan siaran media sosial telah menggantikan Firman Tuhan dalam membentuk sikap dan moral seseorang terhadap kehidupan. Idaman dan impian dunia, perlahan tetapi pasti dapat mempengaruhi anak-anak Tuhan, lambat laun menuntun mereka ke dalam dunia di mana pemisahan itu tidak ada lagi.
Sebagai anak-anak Tuhan, sangat penting untuk dapat memisahkan diri kita dari pengaruh tersebut. Tetapi seringkali kekuatan kita terpengaruh oleh teman, politikus maupun selebriti lainnya yang menonjolkan gaya hidup yang modern, namun sebenarnya hampa dan sia-sia. Lalu sebagian dari kita ada yang mulai ragu-ragu dan bertanya, “Kenapa kita harus berbeda dengan yang lainnya?”
Tuhan Yesus berkata bahwa murid-murid-Nya bukan dari dunia, sama seperti Ia juga bukan dari dunia. Dia menyucikan diri-Nya demi murid-murid-Nya (Yoh 17:16-19). Bagaimana kita dapat mengatakan bahwa kita adalah murid Yesus jika kita tidak bertekun untuk-Nya? Persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Orang-orang pilihan Tuhan tidak seharusnya berkompromi mengikuti trend dunia. Jika seseorang mengasihi dunia dan menginginkan hal-hal duniawi, kasih Tuhan tidak ada padanya.
Masyarakat sekarang sangat memtolerir dan meremehkan kekuatan dosa. Jika seseorang ingin mempertahankan kebenaran dan berpegang pada Firman Tuhan, seringkali dianggap sebagai orang yang berpikiran sempit atau sombong. Tetapi pertanyaan yang lebih penting lagi adalah, bagaimana kebenaran dapat ditoleransi dengan ketidakbenaran? Di tengah-tengah gelombang masyarakat yang penuh dengan “toleransi” ini, apakah Gereja dapat berdiri teguh dalam pendiriannya, tanpa tergerak atau mengikuti trend dunia?
Dunia ini akan terus berganti, tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi kelak, semakin penting bagi kita untuk dapat mempertahankan jalan kehendak Tuhan. Kehidupan iman kita harus dapat bertahan, bukannya semakin menjauh dari kebenaran.
Maka, baru dapat kita simpulkan bahwa inilah kehendak Tuhan: supaya kita memisahkan diri dari dunia, sebagai umat yang terpisah sendiri, untuk memegang dasar kebenaran yang berharga dan meletakkan pikiran kita pada hal-hal yang rohani supaya dapat membentuk kehidupan kita yang kudus dan suci bersih. Supaya kita menjadi bangsa yang kudus, suatu bangsa yang terpilih dan umat kepunyaan Allah sendiri (1Ptr 2:9).