SAUH BAGI JIWA
“Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat…” (Yesaya 5:20a)
“Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat…” (Yesaya 5:20a)
Kehidupan yang sederhana dimulai dengan membuat sebagian besar waktu kita digunakan untuk memahami kehendak Tuhan. Kita harus berusaha untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan doa dalam Roh, dengan memberikan perhatian lebih besar terhadap perubahan di dalam diri kita.
Alkitab menjelaskan bahwa kehidupan yang normal adalah kehidupan yang kudus. Dalam kehidupan seperti inilah kita dapat bertumbuh dengan pesat dalam kelimpahan Tuhan. Kita harus kembali pada kehidupan normal seperti ini dengan mengurangi pengaruh media sosial dan menonton tayangan ke tingkat yang tidak membahayakan kerohanian kita.
Dengan meluangkan lebih banyak waktu dengan anak-anak kita dan mengadakan mezbah keluarga secara teratur, bukannya bermedia-sosial selama berjam-jam atau bermain game online, niscaya sasaran kita dapat tercapai. Tuhan ingin agar kita semua berbuat sesuai dengan perintah kekal ini. Kita harus berusaha untuk menjadi sempurna seperti Bapa kita yang di surga (Mat 5:48).
Ketika kita berusaha untuk mematuhi hukum-hukum Tuhan, kita menjadikan nilai-nilai-Nya sebagai nilai-nilai kita sendiri. Ini adalah pertahanan alami melawan pengaruh “sedikit demi sedikit menjadi bukit” yang diberikan oleh nilai kebebasan tanpa moral dan individualisme.
Tuhan adalah pedoman kita dalam segala yang kita lakukan, sebab firman Tuhan mewujudkan penyembahan total kepada-Nya dan penyangkalan diri kita sendiri, dan hal itu memberikan perlindungan terhadap pengaruh-pengaruh duniawi.
Dengan melakukan kebenaran, kita dapat membentuk karakter moral yang kuat. Contoh klasik dari kekuatan ini adalah Yusuf, yang menolak bujukan istri Potifar. Usaha menjebak Yusuf yang berulang kali dilakukan istri Potifar digagalkan oleh rasa takut Yusuf kepada Tuhan. Karakter moralnya yang kuat tidak dapat dikalahkan oleh rayuan gigih wanita penggoda ini: “Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” (Kej 39:9). Nilai moralnya yang tidak mengenal kompromi, walaupun dengan resiko hukuman penjara, adalah pelajaran bagi kita semua.
Kita menganggap diri kita sebagai umat yang diselamatkan, yang sudah dipanggil Yesus dari antara orang banyak dalam dunia ini ke dalam kerajaan-Nya. Sebagian besar dari kita menyadari anugerah yang diberikan Tuhan ini, namun sekarang pengejaran kemakmuran materi sudah menjadi satu-satunya tujuan kita. Hati kita tidak bersama Tuhan: kita telah melupakan status surgawi kita, tugas dan kewajiban kita.
Bukannya menghabiskan waktu dalam rasa takut, pelayanan, dan mempererat hubungan dengan Tuhan, sebaliknya kita terlalu disibukkan dengan segala yang dapat diberikan oleh hiburan duniawi.
Ketika tempat bagi Tuhan diambil alih, keluarga kita menjadi terpecah belah, menjadi sasaran empuk pengaruh dunia. Anak-anak kita berubah menjadi suka memberontak, menuntut hak untuk berbuat sesuka mereka. Mereka mulai menerima gaya hidup alternatif yang berlawanan dengan jalan hidup yang seharusnya dilalui orang Kristen.
Mengingat keadaan yang genting ini, sudah tiba waktunya bagi kita untuk memperjuangkan gerakan mengikuti jalan Tuhan, dengan pengambilan langkah pertama dilakukan oleh diri kita sendiri. Karena Tuhan telah memberi kita Roh yang penuh dengan kekuatan, kasih, dan pikiran sehat, tidaklah mustahil bagi kita untuk menjalani kehidupan sederhana yang berkisar di seputar Dia. Marilah kita bersama-sama berjuang untuk melawan arus zaman ini agar kelak kita didapati layak di hadapan-Nya. Amin.