SAUH BAGI JIWA
[su_icon icon=”icon: calendar” color=”#d19636″ size=”18″ shape_size=”4″ radius=”36″] Renungan Tanggal: 09 Aug 2023
“Celakalah mereka … yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan” (Yesaya 5:20b)
“Celakalah mereka … yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan” (Yesaya 5:20b)
Walaupun dunia terus-menerus menyajikan pengaruh yang tak kentara untuk menarik kita menjauh dari jalan yang benar, kita memiliki janji Yesus – bagi Allah segala sesuatu mungkin – untuk membuat kita berakar dengan teguh di dalam Dia.
Satu-satunya yang bertahan dalam janji ini adalah Tuhan sendiri, yang bekerja dalam segala sesuatu dan melakukan segala sesuatu bagi kita, bila kita membiarkan Dia mengambil kendali penuh atas hidup kita. Janji ini sungguh-sungguh sudah terjadi pada mereka yang sepenuhnya percaya kepada-Nya.
Contohnya adalah perubahan yang dialami oleh penduduk Niniwe yang menanggapi panggilan pertobatan yang diserukan Yunus, dan pertobatan sukarela orang-orang Korintus setelah menerima peringatan keras Paulus.
Agar perubahan dalam gereja dapat terjadi, semua anggota jemaat perlu disadarkan akan perlunya mengubah gaya hidup mereka, untuk mengetahui bahwa sibuk sampai mengorbankan waktu untuk melayani Tuhan adalah salah. Kita perlu kembali menaati perintah-perintah-Nya dan memperhatikan kesejahteraan rohani anak-anak kita.
Bila kita dapat mengakui kesalahan-kesalahan kita dalam doa-doa kita, kita dapat menemukan kembali jalan kepada kekuatan ilahi dan membangun kembali hubungan yang kokoh dengan Tuhan. Ini adalah masalah yang mendesak. Kita harus memulainya sekarang juga.
Benar dan salah dibedakan dengan sangat jelas dalam Alkitab. “Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit” (Yes 5:20).
Kerancuan serupa inilah yang menyebabkan kehancuran pada zaman Maleakhi, yang menjadi saksi atas terjadinya masalah menggemparkan di antara umat pilihan Tuhan ketika mereka keliru berpikir bahwa “…setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN” (Mal 2:17b).
Dengan keteguhan hati dari Tuhan, kita harus berani untuk kembali pada kehidupan yang sederhana, kehidupan yang dikenan Tuhan, yang berlawanan dengan kehidupan masyarakat kita sekarang ini yang penuh dengan hal-hal duniawi yang sama sekali tidak membuat Dia senang. Kiranya dengan keteguhan iman yang dari Tuhan, kita dapat menghadapi lawanan arus dunia yang terus menerpa. Haleluya!