SAUH BAGI JIWA
“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar” (2Timotius 3:1)
“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar” (2Timotius 3:1)
Karena tidak tahan akan kesusahan hidup yang dialaminya, seorang ayah berusaha membunuh dirinya dengan minum racun pestisida. Demikian ulasan sebuah berita di surat kabar. Kemudian ia masuk ke kamar dan membangunkan kedua anaknya yang sudah tidur. Anak-anaknya itu diminumkan racun yang sama, sebab ia khawatir akan kelangsungan biaya hidup dirinya dan anak-anaknya.
Kisah nyata tentang seorang ayah dan kedua anaknya tersebut bukanlah hal yang baru. Ada lagi kisah nyata lainnya. Sebuah berita menceritakan tentang seorang ibu berusia 25 tahun tewas bersama dua anak balitanya di dalam bak mandi. Diduga kedua balita tersebut dibenamkan oleh ibunya hingga tewas, sebelum akhirnya ia sendiri pun membenamkan dirinya dalam bak mandi tersebut. Motif bunuh diri ini pun diduga kuat disebabkan oleh tekanan ekonomi.
Selain dua kisah di atas, masih ada sederetan kisah lain yang memilukan hati. Jutaan orang hidup di bawah garis kemiskinan. Keadaan semakin bertambah parah dengan kenaikan harga barang kebutuhan pokok yang pesat. Hal ini memungkinkan kisah di atas akan kembali terulang dan terulang lagi.
Tetapi kita yang hidup di masa yang sukar ini, sibuk dengan pekerjaan kita sendiri dan mungkin tidak terlalu memperhatikan berita-berita yang disebutkan di awal, karena sudah “terbiasa.” Seandainya tahu pun, mungkin kita enggan untuk membantu orang lain. Padahal semakin hari semakin banyak orang yang kesusahan dan memerlukan pertolongan.
Penulis surat
Ada beberapa alasan mengapa kita bersikap acuh tak acuh dan cenderung mementingkan diri sendiri. Kita kuatir, kalau membantu orang lain, kita sendiri akan menjadi tidak tercukupi. Alasan lainnya, terlalu banyak orang yang hidup berkekurangan, sehingga kita tidak sanggup menolong mereka semua. Atau, kita sedang mengumpulkan uang untuk mewujudkan keinginan membeli rumah, mobil, dan sebagainya; sehingga tidak ada “kelebihan dana” untuk menolong orang lain.
“Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran,” demikian penulis surat
Janganlah kita bersikap sama seperti orang dunia yang mencintai diri sendiri. Janganlah kita menjadi hamba uang, sehingga perintah Tuhan untuk mengasihi sesama manusia kita abaikan. Justru dalam masa yang sukar inilah kita diuji untuk dapat bertahan di dalam kasih Kristus—yang sudah kita alami terlebih dahulu—dan untuk tetap setia berpegang pada pengajaran-Nya, yaitu: membantu orang lain di masa sukar.