SAUH BAGI JIWA
“Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu” (Mazmur 51:4)
“Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu” (Mazmur 51:4)
Manusia penuh dengan kekurangan dan keterbatasan. Dalam kekurangan dan keterbatasannya, mudah bagi manusia untuk jatuh dalam dosa. Kehidupan Raja Daud, dengan segala kemegahan dan keperkasaannya ternyata tidak menjadikan hal-hal tersebut sebagai jaminan untuk dapat terus hidup kudus. Dia harus mengakui kelemahan dan keterbatasan manusia, saat dirinya terjatuh ke dalam dosa.
Mazmur 51 terasa begitu bermakna dan terkenal bukan hanya karena menyandang nama Daud sebagai penulisnya, melainkan karena ditulis oleh seorang yang telah berbuat dosa, mengakuinya, dan pulih dari dosanya. Daud menjadi raja yang besar karena dia dapat pulih dari luka-luka akibat dosanya. Pemulihan yang terjadi dalam hidup Daud tidak terjadi begitu saja. Tetapi melalui sebuah proses yang menyakitkan.
Yang pertama dan yang tersulit adalah ketika aibnya, perbuatan dosanya, diketahui oleh orang lain dan dibuka di depan umum. Bukanlah hal yang mudah bagi seorang raja terhormat, yang iman dan ketakwaannya dikagumi, untuk membuka aibnya di hadapan orang banyak (2Sam 12:7).
Orang pada umumnya akan berusaha untuk menolak atau menyangkal. Kalau perlu membuat cerita dusta untuk menutupi rasa malunya. Bahkan tidak jarang mereka menuntut balik orang yang berusaha menegakkan keadilan. Tujuannya adalah mengalihkan perhatian orang dari aib yang telah diperbuatnya.
Namun Daud memilih untuk mengakui perbuatannya. Dia memilih untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan. Konsekuensinya, dia akan dicemooh orang karena dalam kedudukannya sebagai raja dia tidak memberikan teladan yang baik. Dia telah merusak citranya sendiri.
Cara yang diterapkan Tuhan kepada Daud ini seperti seorang yang sedang mempermalukan orang lain. Padahal sesungguhnya Tuhan sedang menguji hati Daud. Tuhan ingin agar Daud tidak berubah setia, mau bertobat, mau mendengarkan Firman Tuhan.
Hal kedua yang tak kalah beratnya adalah, Daud harus menanggung penderitaan secara fisik. Anak yang didapatnya dari perselingkuhan mengalami kematian (2Sam 12:15-18). Kematian ini bukan menunjukkan bahwa Tuhan itu sadis, kejam, dan haus darah. Semua itu terjadi agar membuahkan pertobatan yang tuntas.
Dengan melihat penderitaan yang dialami anaknya karena kesalahannya, Daud lebih menderita. Seharusnya dialah yang dihukum, tetapi Tuhan menjatuhkan hukuman kepada Daud melalui anaknya. Tuhan mengetahui bahwa Daud bukanlah seorang yang tegar tengkuk melainkan seorang yang memiliki hati yang mau dibentuk. Penderitaan anaknya menjadi pelajaran yang tak ternilai bagi Daud.
Yang ketiga, adalah kutukan terhadap keturunannya. Keturunan Daud, yang tidak terlibat dalam kesalahan Daud, di masa depan akan ikut mengalami penderitaan yang tak terelakkan (2Sam. 12:10-11). Tujuannya adalah agar timbul sesuatu yang baik untuk masa depan manusia.
Daud merupakan cikal bakal dinasti raja-raja Israel yang bukan hanya menurunkan beberapa generasi raja-raja, bahkan tindakannya pun acapkali dijadikan pembanding atau cerminan bagi raja-raja sesudahnya. Perbuatan raja sesudah Daud kadangkala dikaitkan dengan perbuatan Daud.
Kutukan diberikan kepada keluarga Daud agar generasi sesudah Daud senantiasa ingat akan penyebab penderitaan mereka. Karena mereka mengingat kesalahan Daud, mereka juga akan mengingat pertobatan Daud. Sehingga secara tidak langsung mereka dididik untuk mengerti arti pertobatan.
Dengan demikian, kita semua dapat menarik pelajaran bahwa dalam penderitaan yang dialami Daud karena dosa yang diperbuatnya, sesungguhnya tersirat kasih Tuhan yang amat besar. Tuhan ingin memulihkan umat Israel dari dosa dan pelanggaran mereka. Dan hal itu dimulai dari pemimpinnya. Tentu saja, kita pun harus memandang hukuman yang kita terima karena kesalahan kita sebagai pelajaran berharga dari Tuhan. Amin.