SAUH BAGI JIWA
“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi” (Amsal 10:19)
“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi” (Amsal 10:19)
Banyak orang gemar berbicara, bahkan ada yang terlalu banyak berbicara. Orang-orang seperti itu tidak dapat berdiam diri. Mereka selalu mencari bahan pembicaraan, sehingga hal-hal kecil yang tidak berarti pun dibicarakan. Dan sayangnya, seringkali pembicaraan itu berujung pada gosip, membicarakan orang lain. Masih bagus jika yang dibicarakan adalah hal-hal yang baik, tetapi yang lebih sering dan menarik untuk dibicarakan adalah kejelekan atau kekurangan orang lain. Ada istilah, “makin digosok makin sip.” Gosip-lah yang membuat orang dapat tahan untuk berbicara berlama-lama. Memang, membicarakan orang lain itu paling enak dan menarik. Dan pada umumnya, orang yang banyak berbicara itu pandai menghidupkan suasana. Keberadaannya membuat suasana menjadi ramai, sehingga banyak orang menyukainya.
Sebagai manusia, kita mempunyai banyak kelemahan, termasuk dalam hal lidah. Seringkali ketika kita mulai berbicara, kita kurang atau tidak dapat mengendalikan diri, sehingga perkataan yang seharusnya tidak kita ucapkan keluar begitu saja. Oleh karena itulah kitab Pengkhotbah 5:2-3 mengingatkan kita agar jangan terburu-buru dengan mulut kita, jangan sampai perkataan bodoh keluar dari mulut kita. Sama seperti kekang yang dipasang pada mulut kuda, pengendalian diri juga harus ada pada lidah kita. “Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya” (Yak 3:2).
Dengan lidah kita dapat memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita juga dapat mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah Dengan lidah kita dapat mengajarkan yang baik dan memberitakan kebenaran, namun dengan lidah yang sama kita bisa berdusta, menipu, memfitnah, mencaci-maki dan melukai perasaan orang lain. Dari mulut yang satu bisa keluar kata-kata berkat dan juga kata-kata kutuk.
“Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat” (Mat 15:18-19). Bila kita tidak menjaga kebersihan dan kekudusan hati kita, maka yang keluar dari mulut kita adalah hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Oleh karena itu sebelum berkata-kata, hendaklah kita memikirkan apakah perkataan kita ini baik dan dapat membangun orang lain, serta memuliakan Tuhan? Apakah sebaiknya kita berdiam diri dan tidak terburu-buru dalam mengucapkan suatu perkataan? Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.
Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Semoga renungan ini dapat menjadi pengingat bagi kita sebelum kita mulai berkata-kata.