SAUH BAGI JIWA
“Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk” (Amsal 10:7)
“Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk” (Amsal 10:7)
Ada pepatah, “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.” Pepatah ini mengajarkan bahwa ketika seseorang meninggalkan dunia, ia akan dikenang sesuai dengan perbuatannya.
Saya teringat dengan seorang pelayan Tuhan di suatu kota kecil. Semasa hidupnya, beliau memberikan teladan yang berharga. Ia penuh kasih pada seluruh jemaat baik yang tua maupun yang muda. Bila ada yang sakit, dia datang ke rumahnya setiap hari dan mendoakannya. Ia juga sangat sabar menghadapi cemoohan atau pertentangan orang lain. Sikap diam dan tidak melawan dipilihnya untuk meredakan kegeraman orang lain. Kaum muda diberi kesempatan terlibat dalam pelayanan, memperhatikan dan menggali potensi yang mereka miliki. Beliau memberikan pelatihan-pelatihan sehingga mereka siap melayani di ladang-Nya. Iman kerohanian jemaat pun terus bertumbuh, para pemuda yang pindah ke cabang-cabang lain, sebagian besar dapat bertahan dalam pencobaan dan tetap beriman dan melayani Tuhan. Pada tahun 1989, beliau dipanggil Tuhan dalam usia 69 Tahun. Namun sampai saat ini kenangan baik yang ia tinggalkan tidak sirna, bahkan menjadi semangat untuk terus melayani. Seperti tertulis dalam kitab Amsal, “Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk.”
Alkitab banyak memberi contoh tentang perbedaan orang benar dan orang fasik. Orang benar itu seperti cahaya fajar yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari, ia akan bertunas seperti pohon kurma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon. Orang benar seperti perak pilihan. Kitab Mazmur mengatakan, “Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar ya Tuhan; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai” (Mzm 5:12). Bagaimana dengan orang fasik? “Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung” (Ams 4:19). “Mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman” (Mzm 1:4-5).
Akhir hidup manusia berada dalam tangan Tuhan. Namun bagaimana kita mengisi kehidupan yang dianugerahkan Tuhan ini adalah pilihan kita. Setelah berjumpa dengan Tuhan, Rasul Paulus mengubah pilihan hidupnya dengan mengikuti jalan-Nya. Yang dulunya penghujat dan penganiaya umat Tuhan, kini mendapat kasih karunia sehingga menjadi rasul yang dapat memimpin orang menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Kehidupan Rasul Paulus dan surat-surat yang ditulis atas petunjuk Tuhan menjadi berkat bagi kita semua.
Apa pilihan hidup kita saat ini? Marilah kita membuka hati kita untuk selalu berusaha melakukan kebaikan-kebaikan yang diajarkan Tuhan lewat firman-Nya, menjaga kekudusan, menyatakan kasih kepada sesama, dan mau melayani pekerjaan-Nya. Menjadi orang benar di hadapan Tuhan. Ketika hidup ini berakhir, jalan kehidupan yang kita tinggalkan akan menjadi berkat bagi banyak orang. “Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal” (Pkh 7:1a).