SAUH BAGI JIWA
“Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran” (Yakobus 2:1, 9)
“Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran” (Yakobus 2:1, 9)
Setiap orang yang dilahirkan pasti mempunyai perbedaan dan keistimewaan tersendiri. Salah satunya adalah penampilan wajah. Ada yang terlahir dengan wajah ekspresif selalu sumringah, ramah dan murah senyum; sehingga banyak orang yang suka dengan wajah demikian. Di sisi lain, ada yang terlahir dengan wajah yang tampak pasif, dingin, jutek minim ekspresi; sehingga sering disebut juga sebagai “si muka datar.”
Sebenarnya kita tidak bisa menyalahkan orang yang terlahir dengan wajah datar. Namun tak dapat kita pungkiri bahwa banyak orang yang kurang suka dengan tipe orang berwajah demikian; sehingga seringkali tanpa sadar kita pun memilih-milih teman pergaulan berdasarkan wajah penampilannya.
Tetapi Firman Tuhan justru mengingatkan kita untuk tidak mengamalkan iman kita dengan memandang muka. “Memandang muka” artinya membeda-bedakan orang. Terhadap orang yang kita senangi atau ingin kita ajak bergaul, maka dengan mudah wajah berubah menjadi ekspresif dan ramah. Sebaliknya, terhadap orang yang kita tidak kenal, bahkan tidak kita sukai, wajah dapat langsung berubah menjadi dingin dan minim ekspresi, “muka datar.”
“Toh semua orang berbuat demikian!” Kita berkilah. Tentu saja, jika kita perhatikan dari hari ke hari, semakin banyak wajah orang yang berubah menjadi “muka datar” dalam sikap perilaku mereka terhadap sesamanya. Namun, jika kita melakukan hal yang serupa, bagaimana mungkin kita dapat menunjukkan terang Kristus kepada orang lain?
Marilah kita bersama-sama belajar menjadi pelaku firman. Tanpa memandang muka, hendaknya kita dapat hidup damai dengan siapa pun, hendaknya kita dapat mewujudkan kasih Kristus kepada sesama kita. Secara ciri khas fisik, muka boleh datar dan tampak pasif; tetapi dari dalam hati kiranya keramahan, sukacita dan kasih selalu terpancarkan.