SAUH BAGI JIWA
“…hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan…” (Filipi 2:2)
“…hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan…” (Filipi 2:2)
“Air dan minyak tidak dapat bersatu,” seringkali itulah alasan yang kita gunakan ketika kita berbeda pendapat dengan orang lain, bahkan sesama saudara-saudari seiman dan masing-masing pihak bersikeras dengan pandangannya sendiri-sendiri. Akibatnya, perselisihan berkepanjangan timbul karena adanya perbedaan pendapat tersebut.
Seseorang yang yakin bahwa dirinya benar kadang-kadang sukar untuk menerima pandangan orang lain yang bertentangan. Di sisi lain, orang yang rendah hati mau mendengarkan pendapat yang lebih baik dari orang lain. Dengan syarat bahwa hal itu tidak bertentangan dengan doktrin keselamatan dan demi persatuan, seseorang harus mau mengkompromikan pendapatnya sesuai dengan hasil keputusan bersama jemaat.
Di dalam kitab Yakobus pasal 3, Penatua Yakobus memperingatkan pembacanya mengenai bahaya lidah. Ini adalah hal berikutnya yang merupakan penghalang bagi persatuan. Banyak masalah yang terjadi di gereja sekarang ini secara tidak langsung disebabkan oleh pembicaraan yang tidak pada tempatnya.
Mungkin kita bisa berhati-hati dalam mengeluarkan perkataan yang jahat dan fitnah, tetapi kita seringkali tidak menyadari bahwa perkataan yang baik pun apabila diucapkan dengan ceroboh dan tanpa pikir panjang dapat menimbulkan keretakkan.
Apabila kita berbicara dengan keras, mungkin kita dapat menyebabkan pendengar kita menjadi sedih karena merasa perkataan kita tidak adil baginya. Kata Salomo, adalah lebih bijaksana apabila kita menjaga mulut kita (Ams 13:3).
Sementara itu jika kita merasa disakiti oleh karena penilaian orang lain yang salah atas diri kita, kita harus ingat akan perumpamaan Tuhan Yesus tentang pengampunan. Dosa-dosa dan hutang-hutang kita telah diampuni oleh Bapa kita yang ada di sorga, tapi apakah kita dapat melupakan kesalahan yang dilakukan oleh saudara seiman kita? Seperti Allah telah mengampuni kita, maka kita pun harus belajar untuk mengampuni orang lain. Pentingnya pengampunan dijelaskan di dalam Doa Bapa Kami, dimana kita diajarkan untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita apabila kita ingin Allah Bapa mengampuni dosa-dosa kita.
Perbedaan usia dan pendapat serta perkataan yang ceroboh merupakan faktor-faktor yang mungkin menyebabkan gangguan bagi perkembangan persatuan di dalam rumah tangga Allah. Kita tidak mampu untuk mengatasi penghalang-penghalang ini dengan bersandar pada diri kita sendiri. Oleh karena itu kita telah dikaruniai Roh Allah untuk membantu kita dalam mencapai kesatuan rohani. Hanya melalui pembaruan oleh Roh Kudus kita dapat dilindungi dari siasat si Iblis dan bekerja bagi kesatuan rohani.
Persatuan-lah yang menyebabkan kita dapat berdiri tegak di dalam iman kita dan berjalan menuju kesempurnaan rohani. Tuhan Yesus telah memerintahkan kita untuk saling mengasihi, seperti Dia telah mengasihi kita. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Tuhan telah menyatakan kasih-Nya kepada kita. Dia mati agar kita dapat hidup.
Sebagai anak-Nya, sudah selayaknya apabila kita membuat hidup kita lebih berarti dan mengikuti panggilan-Nya. Kita harus berusaha untuk selalu bersatu dalam Roh di dalam rumah tangga Allah, karena hanya dengan cara itulah kita dapat membalas kasih Allah.