SAUH BAGI JIWA
[su_icon icon=”icon: calendar” color=”#d19636″ size=”18″ shape_size=”4″ radius=”36″] Renungan Tanggal: 13 Jun 2023
“Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: ‘Apakah kerjamu di sini, hai Elia?’… Firman TUHAN kepadanya: ‘Pergilah, kembalilah ke jalanmu…’ ” ()
“Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: ‘Apakah kerjamu di sini, hai Elia?’… Firman TUHAN kepadanya: ‘Pergilah, kembalilah ke jalanmu…’ ” ()
“Ayo, jangan menyerah!” demikian frase yang sering dilontarkan pelatih ke para atlet saat latihan. Kalimat tersebut terdengar biasa saja, tetapi bagaimana bagi seorang atlet difabel? Jessica Tatiana Long adalah seorang atlet paralimpiade cabang renang yang telah mendapatkan medali emas sebanyak 16 kali. Namun, tahukah Anda bahwa Jessica adalah seorang difabel? Sejak ia berusia 18 bulan, dokter telah mengamputasi kedua kakinya oleh karena kelainan yang dialami. “Saya bertumbuh dengan amarah. Sejak usia 3 tahun, saya selalu diperhadapkan dengan meja operasi dan tindakan medis dari para dokter. Saya tidak mau lagi hidup seperti ini!” Jessica mengakui bahwa kalimat-kalimat itulah yang sering ia lontarkan dalam hati.
Namun, ketika ia melewati tahun demi tahun dan mulai mengenal perkataan Firman Tuhan, ia mulai menyadari bahwa memang benar tidaklah mudah menjalani hidup sebagai seorang difabel. Tetapi ia justru tidak menyangka bahwa Tuhan memberikan suatu kelebihan pada dirinya, ketika ia menganggap justru itu adalah suatu kekurangan–yaitu sepasang kaki yang tidak dapat ia miliki. Dengan kekurangannya, siapa yang dapat menyangka bahwa ia justru dapat memenangkan medali emas sebanyak 16 kali? Dengan semangat itu, Jessica bahkan berkomitmen untuk tidak menyerah dan terus berkontribusi dalam cabang renang untuk pertandingan berikutnya di tahun 2024 dan 2028!
“Pergilah, kembalilah” adalah frase perkataan yang diberikan Tuhan kepada Elia saat ia merasa begitu putus asa. Saking pasrahnya, ia sampai ingin mati; katanya, “Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku” (1Raj 19:4). Pasalnya, ia diancam oleh Izebel: “Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu” (1Raj 19:2).
Ancaman ini dilancarkan Izebel setelah Elia memusnahkan nabi-nabi Baal. Pikir Elia, setelah nabi-nabi Baal dikalahkan, umat Israel kembali kepada Allah yang benar. Namun ketika hal itu tidak terjadi seperti keinginannya, Elia pun ketakutan dan menyerah setelah diancam Izebel. Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana.
Namun Tuhan yang penuh kasih membangkitkan semangat Elia agar ia tidak putus asa dan melanjutkan tugas Allah. “Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: ‘Apakah kerjamu di sini, hai Elia?’” Tuhan pun menyatakan kembali misi Elia, dan Ia juga memelihara orang-orang benar yang masih tersisa di Israel. “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia,” Tuhan menegaskan.
Dalam hidup setiap manusia, rasa takut, menyerah dan putus asa bisa muncul dalam diri manusia, seperti halnya yang dirasakan oleh Jessica Long, seorang atlet paralimpiade. Sesungguhnya, melalui kisah Elia pula, kita diingatkan bahwa saat kita lemah, jangan sampai kita menyerah dan putus asa. Allah tidak akan tinggal diam, Allah juga akan menguatkan kita, asal kita percaya kepada-Nya.