SAUH BAGI JIWA
“Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua” (Amsal 31:29)
“Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua” (Amsal 31:29)
Ketika anak-anak saya masih kecil ,mereka sering dibawa bermain ke rumah teman-temannya dan diantar-jemput oleh orang tua mereka. Acapkali, ketika mereka pulang ke rumah, mereka menceritakan apa yang mereka lakukan di sana, dan kejadian-kejadian apa yang dialaminya. Seringkali juga mereka membuat penilaian-penilaian keadaan dan orang-orang di rumah itu.
Sekali waktu, mereka berkata bahwa tantenya baik sekali, ramah, membuat makanan yang enak-enak, mengajak kami bermain permainan-permainan yang menyenangkan, dan lain-lain. Kadang saya menanggapi dengan bercanda, “Kalau begitu kita tukaran mama saja, kamu jadi anak tante itu, temanmu jadi anak Mama, bagaimana?” Kalau sudah begitu mereka terdiam, lalu datang memeluk dan berkata, “Tidak, mamaku tetap yang ini.”
Walaupun mereka menilai ibu temannya sangat baik, namun mama mereka tetaplah yang terbaik, melebihi orang lain. Inilah salah satu arti puji-pujian bagi istri yang cakap di kitab Amsal: “Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.” Kedekatan dan kasih yang terjalin sejak dalam kandungan sampai mereka menjadi anak-anak, tidak dapat tergantikan oleh siapa pun. Walaupun ada kekurangan dibanding yang lain, tetapi Mama adalah yang terbaik bagi anak-anaknya.
Demikian juga dalam hubungan suami-istri; walaupun satu sama lain ada kekurangan-kekurangannya, tetapi setelah dipersatukan dalam pernikahan, satu sama lain adalah yang terbaik, melebihi yang lain. Yesus Kristus menjadi kepala dalam rumah tangga kita, yang selalu menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga kita menjadi sepadan dalam membangun rumah tangga.
Ketika Allah menciptakan manusia, Ia berfirman, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej 2:18). Saat Adam memberi nama segala ternak, burung dan binatang-binatang, Adam sendiri tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Lalu Tuhan Allah mengambil tulang rusuknya, dibangun-Nya seorang perempuan dan dibawanya kepada Adam, kemudian Adam mengatakan, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kej 2:23). Penolong yang sepadan itulah pasangan yang dipersatukan dalam pernikahan di dalam Tuhan. Pasangan yang sepadan adalah pasangan hidup yang sesuai, selaras dengan kita, bahu membahu dalam membangun bahtera rumah tangga, pasangan yang terbaik bagi kita.
Suami isteri yang takut akan Tuhan dapat menjadi alas yang kuat dalam membangun bahtera rumah tangga. Ia berfirman, “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya” (Ams 16:9). Kadang ada hal-hal yang membuat kita berbeda pendapat sehingga timbul perselisihan. Namun bila kita menghadirkan Tuhan dengan takut akan Dia, maka kita mempunyai kesempatan untuk berdoa bersama, meredam segala perbedaan dan kembali untuk saling mengasihi. “Kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya” (Ef 5:33). Di antara suami isteri, mari saling menghargai satu sama lain dan menganggap seorang yang lain lebih berharga, dan menganggap pasangan kita lebih baik melebihi yang lainnya. Haleluya, Amin.