SAUH BAGI JIWA
Tembok kota memiliki peranan yang sangat penting, terutama pada masa peperangan. Tembok kota dapat dianggap sebagai benteng pertahanan. Kota yang tidak memiliki tembok atau yang temboknya telah roboh sangat berbahaya, sebab ia rentan terhadap serangan dari luar. Tanpa tembok, musuh dengan mudah dapat menyerang dan masuk ke dalam kota serta menguasainya.
Pengendalian diri merupakan tembok atau benteng pertahanan bagi seseorang. Jika seseorang dapat mengendalikan diri, berarti ia telah membangun tembok untuk dirinya sendiri. Ia telah memiliki batasan-batasan untuk melindungi diri dari pengaruh luar, terutama pengaruh yang berdampak buruk pada dirinya.
Pengendalian diri juga sangat penting bagi umat Kristen. Disadari atau tidak, banyak hal yang dapat mempengaruhi, atau bahkan merusak iman kepercayaan kita. Misalnya, kemajuan teknologi yang begitu pesat, sehingga kita dapat membaca dan melihat apapun di smartphone kita. Hampir tidak ada batasan. Semua tergantung pada diri kita sendiri untuk memilih. Lalu konsumerisme dan materialisme yang semakin membudaya. Ini membuat kita begitu mementingkan uang dan benda-benda materi, sehingga banyak orang yang menghalalkan segala cara demi untuk memuaskan keinginannya. Belum lagi pengejaran akan ambisi, prestasi, dan status, yang dapat menyita pikiran, waktu, dan tenaga kita. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian diri yang benar agar kita tidak terjebak dalam perkara-perkara duniawi semata, sehingga mengesampingkan perkara-perkara rohani yang jauh lebih penting.
1 Yohanes 2:16 berkata, “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” Ketika kita tidak mengendalikan diri terhadap perkara-perkara dunia ini, kita akan menjadi sasaran Iblis. Ia akan menggunakannya untuk menjatuhkan kita. Ia selalu mencari kesempatan dan kelemahan kita, sehingga ketika kita memberikan peluang, ia tidak akan menyia-nyiakannya.
Kita dapat melihat banyak contoh di dalam Alkitab, di mana orang berbuat dosa karena tidak dapat mengendalikan diri. Misalnya, Kain membunuh adiknya sendiri – Habel – karena merasa kesal dan marah akibat persembahannya tidak diterima oleh Tuhan. Daud berzinah dan membunuh karena tidak dapat mengendalikan hawa nafsu. Gehazi – bujang Elisa – menderita kusta karena ketamakannya. Raja Hizkia dihukum Allah karena suka pamer dan menyombongkan diri.
Dari contoh-contoh di atas, kita melihat bahwa pengendalian diri ini mencakup segala hal, yaitu hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan, seperti yang dinasihatkan rasul Paulus dalam
Kiranya kita dapat belajar untuk mengendalikan diri seperti Tuhan Yesus, yang telah menang atas pencobaan Iblis. Dengan demikian, diharapkan kita dapat hidup kudus dan tidak berbuat dosa lagi.