SAUH BAGI JIWA
‘Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,’ maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata”
‘Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,’ maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata”
“Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai” adalah sebuah peribahasa yang cukup dikenal oleh banyak orang. Bagi para orang tua yang memiliki anak, peribahasa ini senantiasa disampaikan kepada anak-anaknya. Bagi mereka, peribahasa ini memberikan sebuah pengajaran yang sangat baik kepada generasi selanjutnya untuk dapat berhemat dan juga rajin dalam kehidupannya.
Sesungguhnya, intisari dari peribahasa tersebut mengajarkan bahwa hendaknya seseorang tidak boros ataupun berfoya-foya dengan uang yang ia miliki serta hindarilah kemalasan. Peribahasa ini mengingatkan kita untuk berhemat sehingga kita bijak di dalam mengelola keuangan. Dan juga agar kita senantiasa memiliki kebiasaan untuk rajin dalam hal pendidikan, pekerjaan, maupun usaha yang kita jalankan.
Dan hal ini pun didukung dengan sebuah nas ayat yang tercatat di kitab Amsal 24:33-34 yang berbunyi:
“Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,” maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Di nas ayat ini tertulis bahwa jika seseorang senantiasa tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan dan tinggal berbaring, ia menunjukkan sebuah sikap yang malas dalam melakukan segala sesuatu dan sikap menunda-nunda. Ayat ini memberitahukan kepada kita akibat dari sikap yang sedemikian, bahwa kemiskinan dan kekurangan akan dengan cepat mendatangi seseorang yang bersikap seperti itu.
Firman Tuhan tidak pernah mendukung seseorang untuk bermalas-malasan dalam kehidupannya, pun tidak pernah mengajarkan seseorang untuk suka menunda-nunda sesuatu hal yang dapat dikerjakan oleh tangannya. Hendaknya kita menjadi pribadi yang senantiasa rajin dalam kehidupan kita. Baik kita yang saat ini masih di bangku pendidikan, bekerja di sebuah perusahaan, menjalankan usaha kita sendiri, maupun yang sudah berada di usia pensiun. Kiranya kita tidak bermalas-malasan dalam babak kehidupan yang kita jalani saat ini dan tidak menunda-nunda hal-hal yang dapat kita kerjakan sekarang.
Semangat yang sama hendaknya kita terapkan juga dalam kehidupan rohani. Kemalasan rohani identik dengan tidak berjaga-jaga dan lengah dalam iman sehingga kita mudah terjerat dalam keinginan daging. Sedangkan sikap menunda-nunda secara rohani identik dengan perasaan puas diri secara rohani sehingga keperluan untuk memperkuat dan terus mempertahankan iman dirasa tidak genting. Akibatnya, saat perasaan kecewa ataupun sakit hati menyerang, dengan mudah iman kita akan jatuh. Saat itulah kita akan merasakan kekurangan dalam kehidupan kerohanian kita.
Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai. Dan kemalasan adalah pangkal kemiskinan dan kekurangan.