SAUH BAGI JIWA
“Janganlah berkata: ‘Sebagaimana ia memperlakukan aku, demikian kuperlakukan dia. Aku membalas orang menurut perbuatannya’”
“Janganlah berkata: ‘Sebagaimana ia memperlakukan aku, demikian kuperlakukan dia. Aku membalas orang menurut perbuatannya’”
Prinsip membalas dendam bukanlah prinsip Kekristenan. Ini adalah prinsip yang dianut oleh orang-orang dunia: Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Pada umumnya orang akan berbuat baik kepada mereka yang berbuat baik kepadanya, demikian pula sebaliknya.
Namun pengajaran Yesus sangat berbeda. “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:43-44). “Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air” (Ams 25:21). Yesus tidak menghendaki kita hanya mengasihi keluarga, teman, dan saudara-saudara yang baik kepada kita, melainkan mengasihi semua orang, termasuk mereka yang jahat kepada kita.
Selanjutnya, Yesus mengajarkan kita, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Yesus menghendaki kita bukan hanya untuk membalas kejahatan dengan kebaikan, melainkan juga untuk tetap bersabar dan tidak menyimpan perasaan dendam ketika orang tersebut mengabaikan kebaikan kita dan tetap berbuat jahat terhadap kita.
Inilah yang harus kita lakukan sebagai anak-anak Tuhan. Teladanilah perbuatan orang-orang benar seperti Yusuf, Daud, dan bahkan Yesus sendiri. Yusuf telah dijahati oleh saudara-saudaranya sendiri. Oleh karena iri hati, saudara-saudaranya tega untuk menjualnya kepada orang Ismael hanya dengan harga dua puluh syikal perak. Bayangkan betapa sedih, kecewa, dan sakitnya perasaan Yusuf pada saat itu! Namun Yusuf sama sekali tidak membenci dan dendam kepada saudara-saudaranya. Ketika mereka mengalami kesulitan pangan, dia dengan murah hati membantu mereka. Bahkan Yusuf menginsafi bahwa semua kesusahan yang dialaminya itu merupakan rancangan baik dari Allah.
Daud pun melakukan hal yang sama. Daud tidak membenci Saul dan Ahitofel, yang membalas kebaikannya dengan kejahatan. “Mereka membalas kejahatan kepadaku ganti kebaikan dan kebencian ganti kasihku,” Daud menuliskan isi hatinya dalam kitab Mazmur. Ketika dia memiliki kesempatan untuk membalas Saul, dia tidak melakukannya karena dia takut akan Tuhan dan mengerti bahwa Tuhan akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang. Daud pun tidak menghukum Ahitofel yang telah mengkhianati dia.
Demikian juga dengan Yesus ketika Dia ada di dunia. Yesus tidak pernah membenci orang-orang yang telah berbuat jahat kepada-Nya. “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (1Ptr 2:23). Kita tahu betapa menderitanya Yesus menjelang dan saat Dia disalib. Namun, Dia tidak menghiraukan semua itu. Dia mengampuni mereka dan juga merasa sedih karena mereka tidak mengerti apa yang telah mereka perbuat. Dia tetap mengasihi, tidak peduli bagaimana pun perlakuan mereka terhadap-Nya.
Kita pun harus belajar dari teladan Yesus, Yusuf, dan Daud, yang tetap bisa mengasihi orang-orang yang telah berbuat jahat terhadap mereka. Kita adalah anak-anak Allah Yang Mahatinggi, Allah telah berbuat baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Maka, kita pun harus melakukan hal yang sama. “Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian” (Luk 6:33)