SAUH BAGI JIWA
“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah”
“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah”
Dalam gubahan Mazmur pasal 51, Daud mengungkapkan pikiran dan doanya yang terdalam kepada Tuhan. Saat itu, Daud pasti mengalami reaksi yang wajar berupa perasaan malu dan penuh penyesalan, seperti yang dirasakan oleh banyak di antara kita saat mendapat teguran.
Perasaan ini seringkali membuka jalan kepada pertobatan, yang pada akhirnya memimpin kepada pengampunan. Mazmur 51 menggambarkan bagaimana Daud menghadapi perasaan berdosa dan malu ini secara positif. Daud memohon Tuhan untuk membersihkan dan membasuhnya, untuk mentahirkan hatinya dan untuk membangkitkan kembali kegirangan karena keselamatan.
Ia memohon Tuhan untuk melengkapinya dengan Roh yang rela, melepaskannya dari hutang darah, dan untuk membuka bibirnya untuk memberitakan puji-pujian kepada-Nya (Mzm 51:16-17). Ketika anaknya sedang mendekati kematian, Daud berpuasa dan menangis untuk anaknya. Tapi, setelah anaknya mati, Daud bangkit, membasuh dan mengurapi dirinya, memuliakan Tuhan dan makan. Daud tidak tinggal diam dalam dosanya, dia melanjutkan hidupnya dan memaafkan dirinya.
Walau Tuhan sudah mengampuni kita, kita mungkin masih harus menanggung akibat-akibat langsung dari dosa kita dalam jangka panjang. Akibat langsung dari dosa Daud adalah kematian dalam keluarganya. Akibat jangka panjangnya adalah pembunuhan akan selalu mengancam keluarganya, keluarganya akan memberontak melawan dia dan isteri-isterinya akan dipermalukan di depan orang banyak (2Sam 12:10-11). Meskipun Daud harus menanggung akibat yang serius dari dosanya, anugerah Tuhan masih dinyatakan dalam hidupnya. Tuhan memberinya anak kedua dari Batsyeba yang diberi nama Salomo, atau Yedija, yang artinya “Dicintai oleh Tuhan.” Anak ini mungkin menjadi tanda bagi Daud, bahwa walaupun dia telah berdosa, Tuhan masih mencintainya.
Kita juga mungkin harus menanggung akibat langsung dari dosa kita dalam jangka panjang, tapi hal itu bukan berarti Tuhan sudah tidak mencintai kita lagi dan tidak mengampuni kita. Tuhan tidak pernah berhenti mengingatkan kita. Tuhan tidak mengharapkan kita menjadi sempurna besok, tapi Dia menginginkan kita terus bertambah baik. Tuhan itu panjang sabar dan berbelas kasihan terhadap kita, “supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2Ptr 3:9).
Kita boleh merasa yakin bahwa Tuhan menegur kita dan memangkas kita karena Dia menganggap kita sebagai anak-anak-Nya yang berharga (Ibr 12:7-11). Karena itu marilah kita mensyukuri pangkasan Tuhan, karena setelah pekerjaan-Nya selesai, kita akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air. Kita takkan takut ketika panas terik datang, daun kita akan tetap hijau. Kita tidak akan kuatir dalam tahun kering dan kita tidak akan berhenti menghasilkan buah (Yer 17:7-8). Berbahagialah mereka yang mengindahkan didikan, karena dia yang mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan.