SAUH BAGI JIWA
Jika kita gagal menggunakan alat-alat yang diberikan Tuhan untuk memangkas diri kita, pemangkasan akan terjadi dengan cara lain, yaitu dengan tangan Tuhan sendiri. Tuhan mungkin akan menggunakan kejadian-kejadian yang terjadi tiba-tiba dalam kehidupan kita seperti penyakit, bencana alam, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain, untuk mengingatkan kita bahwa kita berada di jalan yang salah. Yunus, yang ditelan oleh ikan besar sebagai akibat langsung dari ketidaktaatan, adalah suatu contoh klasik dari kenyataan ini. Tiga hari dan tiga malam di dalam perut ikan telah berhasil mengubah sikapnya.
Namun terkadang didikan Tuhan tidak selalu sejelas Yunus ditelan oleh ikan besar. Didikan Tuhan seringkali datang dalam cara yang tidak kita duga, yaitu melalui orang-orang di sekeliling kita. Kita seringkali mengabaikan jenis “pemangkasan oleh sesama” ini. Cara pemangkasan ini adalah yang paling sulit dikenali dan diterima. Kita mudah menerima hukuman dari Tuhan, kita bisa memperbaiki diri kita sendiri, tetapi didikan dari sesama kita? Hukuman dari orang-orang di sekeliling kita? Mungkin itu adalah suatu cerita lain.
Dapatkah kita melihat didikan Tuhan dalam teguran orang tua kita, atau dalam nasihat yang diberikan oleh saudara/i seiman? Lebih jauh lagi, dapatkah kita menerima kata-kata yang keras atau kritikan dari seseorang yang tidak kita sukai atau hormati? Seringkali kita menutup kemungkinan bahwa mungkin Tuhan memakai orang di sekeliling kita untuk memperbaiki, membentuk, dan mendidik kita. “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya” (Ams 27:17).
Salah satu halangan terbesar dan terjelas dalam menerima “pemangkasan oleh sesama” adalah harga diri. Sistem pertahanan diri yang ada di dalam diri kita semua, melindungi kita dari rasa sakit dan ego yang terluka. Reaksi pertama dan yang paling spontan ketika kita disalahkan orang lain adalah bantahan: “Tidak, bukan itu maksud saya…” atau “Kamu tidak mengerti…” Reaksi spontan lainnya adalah penyalahan: “Dia mendesak saya untuk itu. Jika dia tidak terlalu mengganggu…” atau “Saya sedang sangat tertekan saat itu. Itu bukan diri saya…” Kita mencari ke setiap tempat dan setiap orang, penyebab kritikan yang kita terima ini, tapi jarang sekali kita melihat ke dalam diri kita sendiri.