SAUH BAGI JIWA
“Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”
“Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”
Di daerah kutub, manusia memburu serigala sebagai sumber makanan dan pakaian. Mereka melakukannya dengan cara mencelupkan sebilah pisau panjang ke dalam darah binatang dan membiarkan darah pada pisau itu membeku. Kemudian, mereka menancapkan gagang pisau itu ke dalam salju sehingga bilah pisau yang tertutup darah itu menghadap ke atas.
Serigala-serigala dengan indera penciuman mereka yang sangat tajam mencium bau darah tersebut dari jarak bermil-mil. Karena tertarik pada bau dan rasa darah itu, mereka berdatangan dan menjilati darah yang telah membeku pada bilah pisah tersebut. Sewaktu serigala-serigala itu menjilati darah tersebut, perlahan-lahan bilah pisau yang tajam mulai tampak dan mengiris lidah mereka. Dalam waktu singkat, darah yang mereka minum akhirnya adalah darah mereka sendiri, tetapi mereka telah dikuasai oleh nafsu mereka sehingga tidak menghiraukannya. Akhirnya, serigala-serigala itu mati kehabisan darah yang mereka minum sendiri.
Inti dari peristiwa di atas mengajarkan kepada kita untuk tidak menganggap remeh dosa. Sepertinya hal yang bersifat sepele, namun jika kita lengah, secara perlahan justru dosa akan mematikan kehidupan rohani kita.
Contohnya, saat kita merasa lebih unggul dari orang lain, termasuk salah satunya merasa lebih unggul dalam hal kerohanian, tanpa sadar kita sudah terjebak dalam dosa kesombongan. Begitu pula halnya dengan iri hati. Rasa cemburu terhadap keberhasilan orang lain secara materi dan kedudukan, termasuk pula kecemburuan terhadap pertumbuhan rohani orang lain; dapat menyebabkan rusaknya hubungan pribadi kita dengan orang lain bahkan dengan Tuhan.
Ketika Paulus menulis kepada jemaat di Roma mengenai kehidupan setelah pertobatan yang terbebas dari dosa, Dia berkata “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Rm 6:11).
Menurut Paulus, setelah kita dibaptis, maka diri kita yang berdosa telah mati. Godaan dosa tidak dapat bekerja pada orang yang telah “mati”. Jika Saudara telah mati bagi dosa, maka dosa tidak dapat lagi berkuasa atas diri kita. Yang dimaksud dengan menganggap diri kita telah mati bagi dosa adalah bahwa kita mengatakan tidak pada semua yang tidak sesuai dengan perintah Allah. Artinya kita tidak tertarik lagi dengan apa pun juga yang berhubungan dengan dosa. Dosa tidak boleh lagi mengendalikan kita. Kita harus tunduk kepada Tuan kita yang baru, Yesus Kristus, dan hidup untuk menyenangkan Dia. Tubuh kita telah ditebus oleh darah-Nya, karena itu kita seharusnyalah tunduk kepada kehendak-Nya dan tidak lagi hidup menurut keinginan kita sendiri.
Semakin kita menuruti kehendak Tuhan, taat pada pimpinan Roh Kudus, maka semakin kita diberikan kekuatan oleh-Nya untuk dapat menjaga serta membebaskan diri dari jerat ikatan dosa. Dengan kuat kuasa Roh Kudus, keinginan untuk “menjilati darah” dosa dapat dikalahkan dan oleh ketaatan pada bimbingan Roh Kudus, kita dapat dijauhkan dari jerat “bilah pisau” si jahat.