SAUH BAGI JIWA
“Berkatalah raja Sodom itu kepada Abram: “Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah untukmu harta benda itu.” Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: “Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu…”
“Berkatalah raja Sodom itu kepada Abram: “Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah untukmu harta benda itu.” Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: “Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu…”
Dalam kitab Kejadian pasal 14 dicatatkan sebuah peristiwa antara raja Sodom dengan Abram. Pada saat Abram dengan pimpinan Tuhan mengalahkan Kedorlaomer, raja Sodom malah berkata kepada Abram, “Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah untukmu harta benda itu” (Kej 14:21). Raja Sodom ingin membeli orang-orangnya Abram dengan uang. Namun, Abram menolak. Meskipun harta yang ditawarkan berlimpah, dan dapat membuat Abram menjadi kaya raya, ia tidak mau menukarkan orang-orang kepunyaannya dengan harta milik raja Sodom.
Jika seseorang sudah tamak dengan uang, maka apapun akan dikorbankannya. Sama halnya, ketika hati kita sudah dikuasai oleh keserakahan, waktu dan tenaga akan kita gunakan untuk terus mengejar uang. Akhirnya, waktu mengurus anak, waktu mengurus keluarga dan waktu untuk penyempurnaan rohani menjadi terbengkalai. Apa untungnya memiliki mobil mewah, rumah mewah tetapi sama sekali tidak memiliki waktu untuk diluangkan bagi keluarga? Apa untungnya kekayaan berlimpah, jika iman kerohanian akhirnya jatuh? Ketamakan bisa saja memberikan dunia dan segala isinya kepada kita, namun apakah faedahnya bagi kita jika nyawa adalah taruhannya? Sungguh sebuah kesia-siaan.
Bagaimana caranya kita menghindari keserakahan? Marilah kita bersama-sama mengevaluasi kembali pandangan hidup serta nilai hidup kita. Banyak orang menginginkan uang lebih banyak lagi untuk jaminan hidupnya. Mereka merasa puas dengan harta berlimpah yang telah mereka miliki. Namun, hal terpenting sesungguhnya adalah saat kita memiliki jaminan dari Tuhan.
Marilah kita renungkan, apakah sungguh uang adalah segala-galanya? Apakah uang dapat membeli kesehatan, umur, keharmonisan dalam keluarga, keakraban suami dengan istri? Jika hidup kita penuh dengan rasa cukup dan ada keseimbangan antara pekerjaan, keluarga dan penyempurnaan rohani, niscaya kita tidak akan terperosok ke dalam jebakan keserakahan. Adalah suatu hal yang indah jika seluruh anggota keluarga dapat hidup di dalam jalan Tuhan, dan sungguh, harta materi sebanyak apapun tidak akan terbandingkan dengan hal yang indah tersebut.