SAUH BAGI JIWA
“Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna, tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari maut”
“Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna, tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari maut”
Kejujuran seringkali bertentangan dengan keuntungan. Apakah maksudnya? Saat melakukan transaksi jual beli, manakah yang menjadi prioritas utama kita: mencari keuntungan atau mendahulukan kejujuran? Disinilah pergumulan dalam hati terjadi. Sebagai seorang pengikut Tuhan, tentu kita harus memilih kejujuran. Dengan melakukan hal demikian, tidak menutup kemungkinan kita mengalami kerugian. Namun, kita telah melakukan hal tersebut untuk Tuhan dan demi Tuhan. Dihadapan-Nya, kita telah melakukan suatu kebenaran.
Perihal kejujuran sendiri, dapat dilihat dari dua sudut pandang, manusia dan Tuhan. Misalkan saja, tindakan korupsi atau perbuatan memanipulasi laporan keuangan. Dalam praktek bisnis, hal tersebut boleh jadi merupakan hal yang lumrah. Dengan alasan, jika “tidak tutup-tutup sebelah mata” maka usaha akan susah berjalan. Secara hukum negara pun, praktek demikian dapat “diakali” sehingga seolah-olah perusahaan tidak melakukan pelanggaran. Celah dalam hukum boleh saja diakali, namun hati nurani tetap tidak dapat dibohongi; apalagi mata Tuhan yang dapat melihat hati dan pikiran manusia!
Seorang jemaat kita yang tinggal di Amerika Selatan membuka usaha spare-part kendaraan bermotor. Jemaat ini bekerja sama dengan sepupunya untuk membuka usaha tersebut. Setelah beberapa waktu, sepupunya justru mengajukan gugatan dan menuntutnya sampai ke pengadilan dengan tuduhan penipuan di dalam pembukuan perusahaan. Jemaat tersebut sama sekali tidak takut. Mengapa demikian? Sebab ia sama sekali tidak pernah memanipulasi pembukuan ataupun perhitungan pajak. Di dalam proses pembuatan pembukuannya, ia berlaku jujur di dalam perhitungan pembayaran pajak penghasilan usahanya.
Bagi sebagian besar pengusaha di Indonesia, jemaat tersebut akan dianggap sebagai pecundang dan seorang yang bodoh. Jikalau kita bisa mengakali pembayaran pajak penghasilan, mengapa tidak dilakukan? Namun, oleh karena kejujurannya dan ketaatannya akan firman Tuhan, Tuhan justru memberkati jemaat itu. Marilah kita juga sama-sama mencontoh teladan jemaat ini.
Sungguh firman Tuhan adalah ya dan amin. Bayangkan saja, jika jemaat yang membuka usaha spare-part tersebut berlaku tidak jujur, “memainkan” sedikit saja laporan keuangannya, tentu pada saat gugatan di pengadilan, semua berkas dan bukti sekecil apapun akan dicari dan diperiksa, sehingga semuanya terbuka lebar di hadapan pengadilan! Benarlah, harta benda jika diperoleh dengan cara fasik akan menjadi tidak berguna bagi diri orang itu. Sebaliknya, justru kebenaranlah yang akan menyelamatkan orang dari maut.