SAUH BAGI JIWA
“…haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ulangan 6:7)
“…haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ulangan 6:7)
Saat kami mengikuti pelajaran bahasa asing, kami ditugaskan untuk melafalkan kata-kata bahasa asing tersebut sebanyak lima kali berulang-ulang. Jika ada sepuluh kata, maka kami harus melafalkannya sampai lima puluh kali banyaknya. Sungguh membosankan. Akhirnya kami memberanikan diri untuk mempertanyakan pengulangan tersebut kepada sang guru. Tetapi, dengan tegas sang guru menjawab, “Latihan pengulangan tersebut justru nantinya akan sangat membantu mempermudah diri kita dalam menyerap kata-kata asing itu.”
Penulis kitab Ulangan menekankan kepada bangsa Israel bahwa pengajaran akan ketetapan Tuhan haruslah diajarkan secara berulang-ulang kepada generasi berikutnya. Tujuannya adalah agar mereka dapat memiliki rasa takut dan hormat akan Tuhan dan dapat menaati dan berpegang pada segala perintah-Nya seumur hidup mereka. Tentunya, hal-hal tersebut juga berlaku bagi kita yang memberikan pengajaran firman Tuhan.
Frase “berulang-ulang” yang dimaksudkan penulis kitab Ulangan bukan sekadar pengulangan atau repetisi belaka. Dalam bahasa Ibraninya, frase tersebut secara harfiah memiliki arti “menajamkan,” seperti halnya mengasah pisau agar menjadi lebih tajam. Pada masa awal kita mengenal Tuhan Yesus dan firman-Nya dalam Alkitab, kita mungkin sudah merasa “terpukau” dengan pesan moral dari kisah para tokoh dalam Alkitab. Namun, dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan rohani, kita membaca firman Tuhan bukan lagi untuk rutinitas belaka melainkan kita membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih tajam; agar kita dan generasi berikutnya dapat memahami lebih dari sekadar pesan moral, yaitu sungguh-sungguh menyelami kehendak Tuhan dalam hidup kita melalui kisah perjalanan iman para orang kudus di dalam Alkitab.
Selain itu, pengajaran firman Tuhan juga dibicarakan saat sedang duduk di rumah. Pada hari ini, kapan para anggota keluarga dapat duduk di rumah? Saat semuanya selesai beraktivitas, mungkin pada saat makan malam duduk bersama-sama atau berkumpul bersama sebelum istirahat malam. Kata kerja “membicarakan” tentunya membutuhkan interaksi dari dua belah pihak. Dengan kata lain, akan ada diskusi, akan ada pihak yang bertanya dan yang menjawab. Penulis kitab Keluaran dan Ulangan menjelaskan pentingnya membicarakan pengajaran firman Tuhan, agar saat anak-anak kita bertanya, “Bagaimanakah Tuhan mengasihi dan memelihara hidup kita?” maka orangtuanya dapat memegang kesempatan itu untuk membagikan pengalaman pribadi mereka tentang kuasa Tuhan untuk menunjukkan bahwa Tuhan adalah Tuhan Allah orangtua mereka dan juga Tuhan Allah mereka pribadi.
Penulis kitab Ulangan juga mengingatkan bahwa perbuatan membicarakan pengajaran firman Tuhan bukan hanya pada saat duduk di rumah, melainkan dapat dilakukan saat sedang dalam perjalanan. Kata “perjalanan” dalam bahasa Ibrani memiliki variasi makna yang unik. Selain memiliki makna “jalanan,” “jalan setapak” atau “arah jalan,” kata tersebut juga berarti “kebiasaan hidup,” “jalan hidup,” “karakter” atau “moral” seseorang. Dengan kata lain, pengajaran firman Tuhan memegang peranan penting di dalam perjalanan hidup kita sehari-hari. Kesibukan, lingkungan dan budaya dalam pekerjaan bukan hanya dapat menyita perhatian dan pikiran, melainkan juga dapat mempengaruhi cara pandang dan nilai hidup kita. Oleh karena itu, perenungan dan pemahaman pengajaran firman Tuhan yang dilakukan secara rutin dapat menjadi arah hidup serta pegangan bagi karakter, moral dan jalan hidup kita dan generasi berikutnya di tengah-tengah pengaruh ataupun bujukan yang dapat mengombang-ambingkan kerohanian kita.