SAUH BAGI JIWA
“Dan baik mereka mendengarkan atau tidak–sebab mereka adalah kaum pemberontak–mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka” (Yehezkiel 2:5)
“Dan baik mereka mendengarkan atau tidak–sebab mereka adalah kaum pemberontak–mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka” (Yehezkiel 2:5)
Terkadang orangtua dapat merasa jengkel ataupun kesal saat nasihat yang mereka berikan kepada anak ternyata tidak didengarkan. Terkadang terhadap teman, rekan kerja ataupun anggota keluarga yang “keras kepala,” kita merasa enggan untuk memberikan nasihat, karena pengalaman sebelumnya bahwa masukan tersebut sering diabaikan.
Namun, penulis kitab Yehezkiel memberikan contoh bagaimana nabi Yehezkiel diutus untuk menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa Israel, baik mereka mau mendengarkan teguran atau tidak–yang terpenting adalah mereka mengetahui bahwa ada seorang nabi Tuhan di tengah-tengah mereka melalui pesan firman Tuhan yang disampaikan.
Sama halnya, pada hari ini, meskipun kita merasa bahwa nasihat yang kita berikan seakan-akan terasa sia-sia, tetap sampaikan nasihat itu–baik mereka mendengarkan atau tidak. Tujuannya adalah agar mereka mengetahui bahwa ada seorang nabi di tengah-tengah mereka, demikian perkataan Tuhan kepada nabi Yehezkiel. Tuhan Yesus pernah berkata bahwa pelita diletakkan di atas kaki dian agar dapat menerangi semua orang di dalam rumah itu, menerangi sudut-sudut yang gelap. Dengan kata lain, seseorang akan terbiasa berada dalam kegelapan sampai ada cahaya terang yang menerangi kegelapan itu. Keberadaan nabi bertujuan untuk menyampaikan kebenaran firman Tuhan. Seseorang yang sudah terbiasa hidup dalam kesalahan, tidak akan memperdulikan yang benar, kecuali jika kebenaran itu terus-menerus disampaikan untuk memberikan perbedaan antara yang salah dengan yang benar.
Kadangkala, di dalam menghadapi orang yang keras kepala dan tegar hati terhadap nasihat dan teguran, kita menjadi emosi dalam luapan amarah dan kekesalan. Namun, firman Tuhan melalui nabi Yehezkiel sangat tegas, “Sampaikanlah perkataan-perkataan-Ku kepada mereka, baik mereka mau mendengarkan atau tidak” (Yeh 2:7). Kata kerja “sampaikan” dalam bahasa Ibrani secara harfiah berarti: “Berbicara antara dua pihak”, “berbicara baik-baik,” atau “berbicara dari hati ke hati.” Dengan kata lain, di dalam menyampaikan nasihat atau teguran firman Tuhan, sampaikanlah dengan penuh kasih sayang; bukan dengan luapan emosi yang meledak-ledak, mendendam bahkan memusuhi.
Di dalam menyampaikan nasihat, mungkin kita akan merasa enggan karena kita tahu bahwa orang yang bersangkutan kemungkinan besar tidak akan suka dinasihati, bahkan akan berbalik membalas dan berargumentasi. Akhirnya, kita memilih untuk berdiam diri dibanding menasihati. Namun, nabi Yehezkiel kembali mengingatkan kita bahwa akan ada orang-orang yang keras kepala dan tegar hati.
Sang nabi pun menyebut mereka sebagai kaum pemberontak yang wajahnya bagaikan onak, duri dan kalajengking (Yeh 2:6). Dengan kata lain, mereka akan memberi perlawanan terhadap nasihat. Yang dinasihati akan lebih galak dibandingkan dengan yang menasihati. Tetapi nabi Yehezkiel kembali mengingatkan: Janganlah takut dan gentar. Artinya, kita harus “siap mental” bahwa orang yang dinasihati mungkin akan merasa tidak terima dan melawan balik. Namun, “jangan takut” bukan berarti kita membalas ketidak-sukaan dengan berbalik memarahi dan mendendam kepada orang-orang yang tidak mau menerima nasihat kita. Sebaliknya, dengan baik-baik dan penuh kasih kita sampaikan teguran kebenaran firman Tuhan, baik mereka mau mendengarkan atau tidak, dengan harapan bahwa kiranya Tuhan sendirilah yang melunakkan hati mereka terhadap nasihat yang diberikan.