SAUH BAGI JIWA
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1)
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1)
Beriman artinya sepenuhnya percaya kepada janji Tuhan dalam Alkitab. Ketika Abraham sedang dalam kesusahan, dengan iman, ia percaya. Ketika hampir berusia seratus tahun, Tuhan menjanjikan seorang anak laki-laki. Istrinya, Sara, mandul. Tetapi keteguhan imannya membuatnya melihat janji Tuhan. Tidak pernah hatinya ragu; sebaliknya dia memuliakan Tuhan dan percaya akan pemenuhan janji-Nya.
Menilai sesuatu dengan melihat, hasilnya tidaklah selalu benar karena penilaian seperti itu bergantung pada kebijakan dan pengalaman kita yang terbatas. Di lain sisi, iman membuat manusia melihat kebesaran Tuhan. Orang yang memiliki iman akan senantiasa kuat dan bersukacita dalam segala hal. Oleh karena itu, kekuasaan tidak akan menjatuhkannya, kekayaan tidak akan membelotkannya, dan kemiskinan tidak akan melemahkannya. Sambil memikul salib ia akan mengikuti Yesus dengan setia.
Sebaliknya mereka yang mengandalkan diri sendiri akan mengalami banyak kecemasan dan kesedihan. Ketika bangsa Israel tiba di Padang Gurun Paran, setelah keluar dari Mesir, Tuhan menyuruh Musa mengirim dua belas orang untuk mengintai Tanah Kanaan. Setelah empat puluh hari, para pengintai tersebut pulang. Di satu sisi, kesepuluh pengintai memberikan laporan yang disertai dengan kecemasan. Menurut mereka, meskipun negeri itu berlimpah susu dan madu, bangsa yang diam di sana adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang tinggi-tinggi perawakannya.
Di sisi lain, Kaleb dan Yosua berusaha meyakinkan orang Israel bahwa negeri yang diintai itu luar biasa baiknya. Jika Tuhan berkenan kepada mereka, maka Ia akan membawa mereka masuk ke negeri itu. Maka, orang Israel tidak perlu takut sebab Tuhan beserta. Sungguh perkataan yang penuh dengan iman. Perhatikan dengan seksama frase-frase Kaleb dan Yosua seperti: “Jika Tuhan berkenan,” “Tuhan akan membawa mereka masuk” dan “Tuhan beserta” yang menandakan bahwa meski penduduk Kanaan terlihat jauh lebih kuat, jika Tuhan bersama mereka, maka tidak ada hal yang mustahil.
Walaupun demikian, segenap umat itu lebih mempercayai dan menerima pendapat kesepuluh pengintai tersebut dan bukan pendapat Kaleb atau Yosua. Fakta-fakta laporan di lapangan yang bisa dilihat dengan mata justru jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan hal-hal yang ke depan yang tidak bisa mereka lihat. Akibatnya, bangsa Israel menangis, bersungut-sungut bahkan mengancam untuk melontari Kaleb dan Yosua dengan batu (Bil 14:1-10).
Pada hari ini, bagaimanakah kita menjalani pergumulan hidup kita? Meskipun kita percaya Tuhan, seringkali tantangan dan permasalahan hidup yang ada di depan mata terlihat jauh lebih besar dibandingkan dengan kekuatan kita sendiri. Akibatnya, rasa cemas dan khawatir semakin memenuhi hati kita. Namun, dari kisah para pengintai di kitab Bilangan, kita belajar bahwa keberhasilan dalam hidup sangat erat kaitannya dengan iman kepercayaan. Dengan kata lain, “jika Tuhan berkenan kepada kita”–yaitu, kita menjalani hidup dengan penuh ketaatan pada perintah-Nya dan dengan tidak bersungut-sungut bahkan memberontak–maka “Tuhan akan membawa kita masuk ke negeri yang dijanjikan”–yaitu, Tuhan akan memberikan kita kekuatan dan jalan keluar bagi kita dan Ia juga turut serta bersama-sama di dalam pergumulan hidup.
Semoga dalam melakukan segala hal, kita semua berpegang pada iman dan bukan sekadar pengamatan. Niscaya kita akan menerima berkat karunia-Nya.