SAUH BAGI JIWA
“Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (Lukas 9:54)
“Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (Lukas 9:54)
Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului dia. Mereka pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia… Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka [seperti yang dilakukan Elia]?” Akan tetapi Ia berpaling dan menegur mereka: “Kamu tidak tahu dengan roh macam apa kamu bicara. Sebab Anak Manusia datang bukan untuk membinasakan melainkan untuk menyelamatkan manusia” (Luk 9:51-56).
Emosi manusia dan lingkungan luar sering mempengaruhi doa kita. Kita cenderung berdoa dengan sungguh-sungguh untuk orang-orang yang mengasihi kita; akan tetapi, kita mungkin juga berdoa supaya Tuhan mendisiplinkan mereka yang menganiaya kita. Setelah Yakobus dan Yohanes melihat bahwa orang Samaria tidak menerima Yesus, mereka berdoa menurut keinginan mereka sendiri, meminta izin Yesus atas doa mereka yang penuh keinginan daging dan menuruti dorongan hati. Mereka sangat putus asa oleh penolakan orang Samaria dan ingin membuktikan kekuasaan mereka dengan meminta api turun dari langit untuk menghabisi mereka.
Kita juga sering melakukan kesalahan yang sama. Ketika kita dianiaya, ditolak, disalahpahami, atau diserang, kita cenderung berdoa supaya Tuhan menunjukkan penghakiman-Nya yang adil dan membuktikan bahwa kita benar. Kita mungkin meminta agar Tuhan memberikan pelajaran pada seseorang sehingga dia mengetahui kesalahannya. Kita mungkin tidak sabar terhadap seseorang dan mulai meminta agar Tuhan menggunakan api surga untuk mengubah, menyempurnakan, dan membentuk ulang karakter orang tersebut.
Doa-doa semacam ini merupakan hal yang biasa dilakukan, tetapi tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Apa yang dikatakan Yesus tentang doa-doa semacam ini? Ia menegur murid-murid dan menyuruh mereka meninjau ulang macam roh mereka tanpa sedikit pun menyinggung ketidakramahan orang Samaria! Belas kasih Yesus membuat Ia memusatkan perhatian pada orang-orang yang membutuhkan di desa-desa lain dan melihat jauh melampaui kesalahan orang-orang Samaria. Tanggapan-Nya menunjukkan teladan terbaik adanya damai sejahtera dan kekuatan batiniah yang memimpin pada kemampuan untuk mengampuni.
“Jangan menjadi marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri kepada orang fasik” (Ams 24:19). Ketika kita meminta pembalasan dan penghakiman dari Tuhan, seperti meminta api turun dari langit, hati kita sering dipenuhi dengan kegelisahan dan keputusasaan. Tentu saja, kita bisa meminta supaya Tuhan menunjukkan pembelaan dan keadilan-Nya, tetapi kehendak-Nya bagi kita ialah agar kita meminta kemampuan untuk mengampuni dan melupakan.
Inilah saatnya untuk berhenti menuding kesalahan orang lain. Karena sama sekali tidak memperbaiki kerohanian kita. Sebaliknya, inilah saatnya bagi kita untuk memeriksa “roh macam apa yang kita miliki.” Apakah penuh dengan kebencian, pembalasan dendam, keputusasaan, dan kemarahan? Ataukah dipenuhi dengan kasih, kesabaran, kebaikan, dan pengampunan? Kiranya Tuhan memberikan kita kekuatan.